Inilah 5 Alasan Mereka Tidak Mau Disebut Wahabi
Terkait dengan istilah Wahhabi, setidaknya pengikut Wahhabi terbagi
menjadi dua bagian. Pertama, orang-orang atau kelompok yang bangga
disebut Wahhabi. Sebab menurut mereka, sebutan Wahhabi adalah sebuatan
untuk kelompok yang mendakwahkan tauhid yang lurus yag dinisbatkan
kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Nadji.
Baca: Ternyata Ulama Wahhabi Bangga Disebut sebagai Wahhabi
Kedua, kelompok atau pengikut Wahhabi yang tidak mau disebut Wahhabi.
Mereka malu dan takut disebut sebagai Wahhabi. Mereka memberikan
beberapa alasan yang tumpang tindih terkait dengan penolakan mereka
disebut sebagai Wahhabi, bahkan sambil menyebarkan kebohongan.
Ketakutan dan rasa malu mereka sehingga tidak mau disebut sebagai
wahhabi karena pada dasarnya mereka menyadari sejarah kelam dan
kekejaman Wahhabi yang tak akan pernah terlupakan dalam sejarah Islam.
Sehingga mereka menciptakan beberapa alasan untuk menolak istilah
Wahhabi tersebut.
Setidaknya ada 5 alasan (dalih) mereka yang berusaha menolak istilah Wahhabi:
(1). Tidak mau (malu/takut) disebut Wahhabi karena menurut mereka,
nisbat Wahhabi bukan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Nadji,
tetapi kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum.
Dalih ini
baru muncul setelah seorang Wahhabi bernama Muhammad bin Sa’ad
Asy-Syuwai’ir mengalami salah paham terkait dengan istilah Wahhabiyyah
(الوهَّابيَّة) dan Wahbiyyah (الوَهْبِيَّة) dalam tulisannya yang
mencantumkan fatwa Al-Lakhmi. Kesalah-pahaman itu ternyata diadobsi oleh
kalangan Wahhabi, khususnya Wahhabi di Indonesia, seperti Abu Yahya
Badrussalam Lc dan lain-lain.
Baca: Memahami Antara Wahhabi, Wahbi, Ibnu Rustum dan Ulama Wahhabi
Baca: Kepalsuan Gambar Perbedaan Dua Wahabi di Sosmed
Baca: Dongeng Populer Wahhabiyyah Rustumiyyah
(2). Tidak mau (takut/malu) disebut Wahhabi karena menurut mereka,
nisbat Wahhabi adalah nisbat yang salah. Mereka mengatakan bahwa bila
pendirinya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab maka seharusnya namanya
adalah Muhammadi atau Muhammadiyah bukan Wahhabi atau Wahhabiyyah.
Perkataan mereka tersebut datang dari kalangan yang masih awam dalam
memahami persoalan nisbat. Sebab nisbat tidak harus dengan nama
pendirinya, tetapi boleh dengan nama ayahnya, kakeknya dan seterusnya,
bahkan dengan mudloh ilah-nya.
Misalnya, istilah Syafi'iyah tidak
dinisbatkan kepada pengasasnya. Nama pengasasnya adalahMuhammad bin
Idris bin Al-'Abbas bin 'Utsman bin Syaafi'. Syafi' adalah nama dari
kakeknya yang sudah terbait jauh. Begitu banyak penisbatan yang tidak
menggunakan nama pendiri atau pengasasnya. Dan nisbat juga tidak mesti
dengan nama depannya, boleh dengan mudloh ilaihnya, seperti Abdul Qais,
nisbahnya menjadi Qaisy.
(3). Tidak mau (takut/malu) disebut
Wahhabi karena menurut mereka, istilah Wahhabi berasal orientalis barat
atau orang kafir yang benci terhadap dakwah mereka.
Dalih
tersebut merupakan kebohongan daripada ustadz-ustadz Wahhabi. Sebab,
penamaan Wahhabi yang dinisbatkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab diberikan pertama kali oleh kakak kandung pendiri Wahhabi
sendiri, yaitu Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab al-Najdi al-Hanbali
dalam kitabnya al-Shawaiq al-Ilahiyyah fi raddi alal Wahhabiyah,
kemudian istilah itu diikuti oleh para ulama.
Baca: Kebohongan Ustadz Wahabi Muhammad Arifin Badri tentang Nisbat Wahhabi
(4). Tidak mau (takut/malu) disebut Wahhabi karena menurut mereka,
istilah Wahhabi ciptaan Syi'ah untuk menjelekkan dakwah mereka. Kata
mereka, Syi'ah melabeli semua yang anti Syi'ah sebagai Wahhabi.
Dalih tersebut juga merupakan kebohongan. Kebohongan ini baru-baru saja
muncul atau diciptakan oleh Wahhabi ditengah gencarnya isu mengenai
Syi'ah. Kebohongan ini diantaranya disebarkan oleh ustadz Wahhabi Khalid
Basalamah, orang PKS Jonru melalui fanpagenya, dan yang terbaru
disebarkan oleh Wahhabi Sony Abu Hussein Ath-Thuwailibi, Abu Jibril /
komplotan situs radikal Arrahmah .com , serta orang-orang awam Wahhabi
di jejaring sosial.
Sebutan Wahhabi berasal dari kalangan
Ahlussunnah wal Jama'ah (Sunni/Aswaja) yang pertama kali diberikan oleh
Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab (kakak kandung Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab) sebagaimana penjelasan sebelumnya, kemudian istilah itu
digunakan oleh para ulama Ahlussunnah lainnya.
Bila ada Syi'ah
menggunakan istilah Wahhabi kepada orang Wahhabi maka berarti ada
kemajuan, sebab mereka berarti bisa memilah mana yang Ahlussunnah wal
Jama'ah (asli) dan mana yang Wahhabi (Ahlussunnah KW). Tetapi sayangnya,
Syi'ah kadang tidak bisa membedakan hal tersebut. Yang mereka tahu,
Sunni ya Sunni. Seperti halnya Barat, yang mereka tahu hanyalah Islam ya
Islam. Misal, pengeboman yang dilakukan Wahhabi, orang-orang Barat
mengatakan itu dilakukan oleh muslim. Sebagian mereka kurang mengerti
bahwa itu dilaukan oleh kalangan muslim yang Wahhabi. Maka Islam
mendapat citra yang buruk di mata dunia karena kelakukan Wahhabi.
Kekurang-mampuan sebagian Syi'ah membedakan hal tersebut, menjadi
mereka menyangka bahwa setiap yang anti Syi'ah dikira Wahhabi. Padahal
Aswaja (Ahlussunnah wal Jama'ah) juga tidak sepakat dengan paham Syi'ah.
Baca: Julukan Wahabi hanya Dipakai Syi’ah, Benarkah? Tanggapan Untuk Khalid Basalamah
Baca: MENJAWAB PROPAGANDA Benarkah Menggelari Wahhabi berarti Membantu Syi'ah ?
Baca: MENJAWAB PROPAGANDA: Benarkah Sebutan Wahhabi adalah Ciptaan Syi'ah ?
Baca: Jonru dan Hoax tentang Sebutan Wahhabi
(5). Tidak mau disebut Wahhabi karena menurut mereka, sebutan Wahhabi
dinisbatkan kepada nama Allah, Al-Wahhab. Ini adalah dalih dari kalangan
Wahhabi yang sudah tidak memiliki alasan lagi. Ini pernah dikemukan
oleh Muhammad bin Jamil Zainu dalam bukunya Quthuf Min asy Syama’il al
Muhammadiyyah.
Mungkin saja, berikutnya mereka akan membuat dalih
baru untuk menolak penamaan Wahhabi dengan alasan istilah Wahhabi
berasal dari kalangan Liberal / JIL dan sebagainya. Alasan ini belum ada
dilontarkan oleh kalangan Wahhabi sebab mereka tahu bahwa istilah
Wahhabi tidak berasal dari kalangan Liberal.
Hal seperti ini penting diketahui oleh umat Islam agar tidak terjebak dalam propaganda Wahhabi.
Semoga bermanfaat.