MENGUAK FAKTA KEDUSTAAN NGUSTADZ WAHABI
==========================
Benarkah Imam Syafi'i Mencela Ahli Tasawuf atau Malah Sebaliknya Memuji Tasawwuf ?
Di kalangan para penganut Faham Wahabi Pemuja Al-Bani, Bin Baz, Utsaimin dengan kesalah fahamannya dan dengan rujukan yang terpotong, selalu ngoceh di mana-mana, di radio, majalah, dan internet, bahwa menurut mereka, Imam Syafi’i mencela ilmu tasawuf dan para Sufi (pelaku Ilmu tasawuf). Benarkan Imam syafi’i berbuat demikain, atau itu cuma sekedar salah paham akibat belajar ilmu dari sumber yang salah? Atau mungkin bahkan hal itu sengaja dilontarkan untuk memfitnah Imam Syafi'i dan ilmu tasawuf dan para sufinya? Wallohu a’lam.
Di sini akan disajikan fakta-fakta mengenmai permasalahan ini, semoga dengan FAKTA ini, tidak ada lagi yang salah faham dengan maksud Imam Syafi’i yang tercatat dalam kitab Manaqib Al Imam as-Syafi’i karya Imam Baihaqi.
Dari kitab Manaqib Asy-Syafi'i ini jelas-jelas terbukti bahwa beliau mencela itu ditujukan hanya kepada oknum sufi dan bukan semua pengikut tasawuf. Justru di dalam kitab itu Imam Syafi’i terbukti memuji kepada para sufi, begitulah fakta yang sebenarnya.
Di dalam kitab itu, Imam As Syafi’i menyatakan, “Kalau seandainya seorang laki-laki mengamalkan tashawuf di awal siang, maka tidak sampai kepadanya dzuhur kecuali ia menjadi hamqa (kekurangan akal).” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207).
Ngustadz Wahabi secara tergesa-gesa menyimpulkan dari perkataan di atas bahwa Imam As Syafi’i mencela seluruh penganut sufi. Padahal tidaklah demikian, Imam Syafi’i hanya mencela mereka yang menisbatkan kepada tashawuf namun tidak benar-benar menjalankan ajaran ilmu tasawwuf tersebut.
Di baris berikutnya Beliau juga menyatakan: ”Aku tidak mengetahui seorang sufi yang berakal, kecuali ia menjadi seorang Muslim yang khawwas ( berwibawa ).” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)
Dalam hal ini, Imam Al Baihaqi menjelaskan,” Dan sesungguhnya yang dituju dengan perkataan itu adalah siapa yang masuk kepada ajaran sufi namun mencukupkan diri dengan sebutan daripada kandungannya, dan tulisan daripada hakikatnya, dan ia meninggalkan usaha dan membebankan kesusahannya kepada kaum Muslim, ia tidak perduli terhadap mereka serta tidak mengindahkan hak-hak mereka, dan tidak menyibukkan diri dengan ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau sifatkan di kesempatan lain. ” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/208)
Jelas, dari penjelasan Imam Al Baihaqi di atas, yang dicela Imam As Syafi’i adalah para sufi yang hanya sebatas pengakuan (sufi gadungan) yang tidak mengamalkan ajaran sufi yang sesungguhnya.
Lebih lanjut Imam Al Baihaqi menjelaskan
Imam As Syafi’i juga menyatakan: ”Seorang sufi tidak menjadi sufi hingga ada pada dirinya 4 perkara, malas, suka makan, suka tidur dan berlebih-lebihan.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)
Kemudian Imam Al Baihaqi menyebutkan satu riwayat, bahwa Imam As Syafi’i pernah mengatakan, ”Aku telah bersahabat dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka kecuali dua huruf ini,”Waktu adalah pedang” dan “Termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu” (maksudnya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, hingga terhindar dari maksiat).
Jelas dalam kitab tersebut, Imam Al Baihaqi memahami bahwa Imam As Syafi’i mengambil manfaat dari para sufi tersebut. Dan beliau menilai bahwa Imam As Syafi’i mengeluarkan pernyataan (yang bernada mencela) di atas karena prilaku mereka yang mengatasnamakan sufi namun tidak melaksanakan dengan benar dan Imam As Syafi’i menyaksikan dari mereka hal yang membuat beliau tidak suka. (lihat, Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207-208 )
WAHABI BERDUSTA ATAS NAMA IMAM SYAFI’I UNTUK MENCELA AJARAN TASHAWWUF
Mereka mencela ajaran tasawwuf dengan mencomot kalam imam Syafi’I yang mereka anggap bahwa imam Syafi’I juga mencela ajaran tasawwuf dan para penganutnya, tanpa mau mempelajari makna yang sebenarnya.
Mereka membawakan kalam imam Syafi’I sebagai berikut :
روى البيهقي في "مناقب الشافعي" عن يونس بن عبد الأعلى يقول: سمعت الشافعي يقول: لو أن رجلاً تصوَّف من أول النهار لم يأت عليه الظهر إلا وجدته أحمق
Al-Imam Al-Baihaqi rahimahullahu meriwayatkan di dalam kitabnya Manaqib asy-Syafi’I dari Yunus bin Abdul A’la, aku mendengar imam Syafi’I berkata: “Jika seorang belajar tasawuf di pagi hari, sebelum datang waktu dhuhur engkau akan dapati dia menjadi orang dungu.”KELANJUTAN TEKS nya adalah
قلت : وإنما أراد به من دخل في الصوفية واكتفى بالاسم عن المعنى، وبالرسم عن الحقيقة، وقعد عن الكسب، وألقى مؤنته على المسلمين، ولم يبال بهم، ولميرع حقوقهم ولم يشتغل بعلم ولا عبادة، كما وصفهم في موضع آخر
Artinya : ” Aku(Imam Baihaqiy) katakan : ”Sesungguhnya yang dimaksud (Imam Syafi’i) adalah orang yang masuk dalam shufi namun hanya cukup dengan nama bukan dengan makna (pengamalan), merasa cukup dengan simbol dan melupakan hakekat shufi, malas bekerja, membebankan nafkah pada kaum muslimin tapi tidak peduli dgn mereka, tidak menjaga haq-haq mereka, tidak menyibukkan diri dengan ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau menyifati hal ini pada tempat lainnya. ”(Sumber kitab manaqib imam syafi'i juz 2 halaman 207, Karya Imam Bayhaqi Rh)
Nasihat Imam Asy-Syafi'I Rohimalloh :
فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا فإني و حـــق الله إيـــاك أنــــصح فذالك قاس لم يـــذق قـلــبه تقى وهذا جهول كيف ذوالجهل يصلح
Berusahalah engkau menjadi seorang yg mempelajari ilmu fiqih & juga menjalani tasawwuf, & janganlah kau hanya mengambil salah satunya.Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu.
Orang yag hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mau menjalani tasawwuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan taqwa.
Sedangkan orang yg hanya menjalani tasawwuf tapi tidak mau mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik.
[Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]
Sayang bait dari diwan ini telah dihilangkan oleh wahabi dalam kitab diwan syafi'i yg dicet ak oleh percetakan wahabi, sungguh jahat para perampok aqidah. Na'udzu Billahi min dzalik.....
Perkataan Imam Syafi’i Yang Di salahfahami karena di potong teks nya
Perkataan Imam Syafii yang Disalah fahami oleh wahabi
Ulama
Sufi adalah mereka yang telah berma’rifat atau mereka yang telah
mencapai muslim yang Ihsan (muhsin/muhsinin) sebagaimana hadits Jibril
tentang Iman, Islam dan Ihsan. Namun kalangan di luar ahlussunnah bahkan
di luar Islam selalu mengkampanyekan anti tasawuf dengan tujuan merusak
akhlak kaum muslim karena tasawuf adalah jalan menuju muslim yang
berakhlakul karimah.
Diantara dalih yang popular mereka gunakan adalah ini:
Imam
Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya dari Yunus bin Abdil A’la, dia
berkata: Aku mendengar Imam Asy-Syafii berkata: “Kalau seorang menganut
ajaran tasawuf (tashawwuf) pada awal siang hari, tidak datang waktu
zhuhur kepadanya melainkan engkau mendapatkan dia menjadi dungu.”
(Manaqib Imam As-Syafii 2/207, karya Imam Al-Baihaqi)
KAMI MENJAWAB :
Perkataan Imam Asy-Syafi’i di atas bersumber kitab Manaqib Imam al-Syafi’I karya Imam Baihaqi. Setelah tim Santri.Net telusuri, ternyata wahabi dengan liciknya memotong penjelasan pengarang sendiri yakni Imam Baihaqi. Mereka menghalalkan segala cara untuk mencela ilmu tasawwuf ini.
Berikut penjelasan lengkap beserta sanadnya dalam kitab Manaqib al-Syafi’i lil-Imam Al Baihaqi:
“ Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah al Hafizh, berkata: Aku telah mendengar Abu Muhammad; Ja’far ibn Muhammad al Harits berkata: Aku telah mendengar Abu Abdillah al Husain ibn Muhammad ibn Bahr, berkata: Aku telah mendengar Yunus ibn Abd al A’la berkata: Aku telah mendengar asy-Syafi’i berkata: “Jika ada seseorang bertasawwuf di pagi hari maka sebelum datang zhuhur aku sudah mendapatinya telah menjadi orang dungu “.
Perkataan Imam Asy-Syafi’i di atas bersumber kitab Manaqib Imam al-Syafi’I karya Imam Baihaqi. Setelah tim Santri.Net telusuri, ternyata wahabi dengan liciknya memotong penjelasan pengarang sendiri yakni Imam Baihaqi. Mereka menghalalkan segala cara untuk mencela ilmu tasawwuf ini.
Berikut penjelasan lengkap beserta sanadnya dalam kitab Manaqib al-Syafi’i lil-Imam Al Baihaqi:
“ Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah al Hafizh, berkata: Aku telah mendengar Abu Muhammad; Ja’far ibn Muhammad al Harits berkata: Aku telah mendengar Abu Abdillah al Husain ibn Muhammad ibn Bahr, berkata: Aku telah mendengar Yunus ibn Abd al A’la berkata: Aku telah mendengar asy-Syafi’i berkata: “Jika ada seseorang bertasawwuf di pagi hari maka sebelum datang zhuhur aku sudah mendapatinya telah menjadi orang dungu “.
Dan
telah memberitakan kepada kami Abu Abdurrahman as-Sullami, berkata: Aku
telah mendengarJa’far ibn Muhammad al Maraghi, berkata: Aku telah
mendengar al Husain ibn Bahr, berkata: (lalu mengatakan apa yang
dinyatakan oleh Imam Syafi’i di atas).
Telah
mengabarkan kepada kami Muhammad ibn Abdullah, berkata: Aku telah
mendengar Abu Zur’ah ar-Razi, berkata: Aku telah mendengar Ahmad ibn
Muhammad ibn as-Sindi, berkata: Aku telah mendengar ar-Rabi’ ibn
Sulaiman, berkata:
“Aku tidak pernah melihat seorang -yang bernar-benar- sufi kecuali Muslim al-Khawwash “.
Perhatikan.. ! inilah penjelasan Imam Baihaqi yang sengaja dipotong oleh wahabi dari kitab tersebut.
“Aku tidak pernah melihat seorang -yang bernar-benar- sufi kecuali Muslim al-Khawwash “.
Perhatikan.. ! inilah penjelasan Imam Baihaqi yang sengaja dipotong oleh wahabi dari kitab tersebut.
قلت:
وإنما أراد به من دخل في الصوفية واكتفى بالاسم عن المعنى، وبالرسم عن
الحقيقة، وقعد عن الكسب، وألقى مؤنته على المسلمين، ولم يبال بهم، ولم يرع
حقوقهم، ولم يشتغل بعلم ولا عبادة، كما وصفه في موضع آخر. وذلك فيما أخبرنا
أبو عبد الرحمن السلمي قال: سمعت أبا عبد الله الرازي يقول: سمعت إبراهيم
بن المولد يحكي عن الشافعي أنه قال: لا يكون الصوفي صوفيا حتى يكون فيه
أربع خصال: كَسُولٌ أكُول، نئوم، كثير الفضول. وإنما أراد به ذمّ من يكون
منهم بهذه الصفة، فأمّا من صفا منهم في الصّوفية بصدق التوكل على الله عز
وجل، واستعمال آداب الشريعة في معاملته مع الله عز وجل في العبادة،
ومعاملته مع الناس في العشرة – فقد حُكِيَ عنه أنه عاشرهم وأخذ عنهم.
Aku
(al-Baihaqi) katakan: “Sesungguhnya yang dimaksud -oleh Imam Syafi’i-:
adalah orang yang masuk dalam kalangan sufi yang hanya mencukupkan
dengan “nama” saja sementara dia tidak paham makna intinya, dia hanya
mementingkan catatan tanpa mendalami hakekatnya, hanya duduk dan tidak
mau berusaha, ia menyerahkan biaya hidup dirinya ke tangan kaum
muslimin, sementara dia tidak peduli dengan mereka, tidak pernah
menyibukkan diri dengan mencari ilmu dan ibadah”
Sebagaimana maksud ucapan Imam Syafi’i ini ia ungkapkan dalam riwayat lainnya, yaitu riwayat yang telah dikabarkan kepada kami oleh Abu Abdirrahman al-Sullami, berkata:
Sebagaimana maksud ucapan Imam Syafi’i ini ia ungkapkan dalam riwayat lainnya, yaitu riwayat yang telah dikabarkan kepada kami oleh Abu Abdirrahman al-Sullami, berkata:
Aku telah mendengar Abu Abdillah ar-Razi berkata:
Aku telah mendengar Ibrahim ibn al Mawlid berkata dalam meriwayatkan
perkataan asy-Syafi’i: “Seseorang tidak akan menjadi sufi hingga
terkumpul pada dirinya empat perkara; pemalas, tukang makan, tukang
tidur, dan tukang berlebihan”.
Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang
memiliki sifat ini. Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan
benar-benar tawakkal kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan menggunakan adab
syari’ah dalam mu’amalahnya kepada Allah Azza wa Jalla dalam beribadah
serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah
dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan
mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka.
Telah
mengabarkan kepada kami Abu Abdirrahman al-Sullami, berkata: aku
mendengar Abdullah bin al-Husain Ibnu Musa al-Sullami, mengatakan: aku
mendengar Ali bin Ahmad, mengatakan: aku mendengar Ayyub bin Sulaiman,
mengatakan: aku mendengarkan Muhammad bin Muhammad bin Idris al-Syafi’i
mengatakan: aku mendengarkan ayahku mengatakan: “Aku telah bersahabat
dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka
kecuali dua pesan ini,
”Waktu adalah pedang”
“termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu”
artinya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun terkadang Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, sehingga terhindar dari maksiat.
”Waktu adalah pedang”
“termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu”
artinya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun terkadang Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, sehingga terhindar dari maksiat.
Syeikh Ibnul Qayyim, murid Ibnu Taimiyah justru memuji perkataan ulama sufi yang dihafalkan oleh Imam Syafii tersebut.
Berkata Ibnul Qayyim al-Jauziyyah :
ﻗﺎﻝ
ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ : ﺻﺤﺒﺖ ﺍﻟﺼﻮﻓﻴﺔ ﻓﻤﺎ ﺍﻧﺘﻔﻌﺖ ﻣﻨﻬﻢ ﺇﻻ ﺑﻜﻠﻤﺘﻴﻦ ﺳﻤﻌﺘﻬﻢ
ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﺍﻟﻮﻗﺖ ﺳﻴﻒ ﻓﺈﻥ ﻗﻄﻌﺘﻪ ﻭﺇﻻ ﻗﻄﻌﻚ ﻭﻧﻔﺴﻚ ﺇﻥ ﻟﻢ ﺗﺸﻐﻠﻬﺎ ﺑﺎﻟﺤﻖ ﻭﺇﻻ ﺷﻐﻠﺘﻚ
ﺑﺎﻟﺒﺎﻃﻞ . ﻗﻠﺖ – ﺃﻱ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻘﻴﻢ – : ﻳﺎ ﻟﻬﻤﺎ ﻣﻦ ﻛﻠﻤﺘﻴﻦ ﻣﺎ ﺃﻧﻔﻌﻬﻤﺎ ﻭﺃﺟﻤﻌﻬﻤﺎ
ﻭﺃﺩﻟﻬﻤﺎ ﻋﻠﻰ ﻋﻠﻮ ﻫﻤﺔ ﻗﺎﺋﻠﻬﻤﺎ ﻭﻳﻘﻈﺘﻪ ﻭﻳﻜﻔﻲ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺛﻨﺎﺀ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻋﻠﻰ ﻃﺎﺋﻔﺔ
ﻫﺬﺍ ﻗﺪﺭ ﻛﻠﻤﺎﺗﻬﻢ
“Aduhai inilah dua kalimat yang sangat manfaat dan mencakup banyak hal.
Dua kalimat tersebut menunjukkan tingginya semangat dan ketajaman
pikiran orang yang mengatakannya. Cukuplah hal ini sebagai pujian Imam
Syafi’i pada ulama tasawuf…”
(Madarij As-Salikin juz 3 hal; 129).
(Madarij As-Salikin juz 3 hal; 129).
Bagaimana
pula Imam Syafii akan membenci tasawuf sedangkan guru-gurunya adalah
tokoh pembesar tasawuf seperti Muslim bin kholid assanji, Sufyan bin
Uyainah dan Fudhail bin iyadh sebagaimana disebut dalam Siyar A’lamin
Nubala’.
Masih kurang bukti? Inilah anjuran Imam Syafii untuk ber-fiqih sekaligus bertasawuf
فقيهاً وصوفياً فكن ليسَ واحداً# فَإني وَحَقِّ الله إياكَ أَنْصَحُ
فذلك قاسٍ، لم يذق قلبه تُقًى# وهذا جهولٌ، كيف ذو الجهل يصلحُ؟
فذلك قاسٍ، لم يذق قلبه تُقًى# وهذا جهولٌ، كيف ذو الجهل يصلحُ؟
“Jadilah
kamu seorang ahli fiqih yang sekaligus bertasawwuf. Jangan jadi salah
satunya, sungguh dengan haq Allah aku menasehatimu.
Orang yang hanya ahli fiqih tanpa tasawuf, hatinya keras tak akan merasakan nikmatnya taqwa. Sebaliknya, orang yang bertasawuf tanpa mengerti hukum fiqih, maka sungguh dia orang teramat bodoh, Bagimana bisa orang bodoh berbuat baik ?“.
(Diwan Imam Syafi’i halaman : 19)
Orang yang hanya ahli fiqih tanpa tasawuf, hatinya keras tak akan merasakan nikmatnya taqwa. Sebaliknya, orang yang bertasawuf tanpa mengerti hukum fiqih, maka sungguh dia orang teramat bodoh, Bagimana bisa orang bodoh berbuat baik ?“.
(Diwan Imam Syafi’i halaman : 19)
Inilah sumpah imam syafii dan nasehatnya kepada umat untuk berfiqh dan bertasawwuf. Namun lagi-lagi aliran sesat wahabi tidak puas, mereka dengan sengaja mencetak ulang Diwan as-Syafii namun menghapus dua bait tersebut.
Wala haula wala quwwata illa billah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar