Istilah 'Ikhwan Akhawat' dan Salah Kaprah Aktifis Dakwah
"Ikhwan dan Akhawat", istilah yang sering kali dipakai oleh orang-orang yang mengaku dan merasa sebagai aktifis dakwah meskipun hanya berangkat dari modal semangat saja. Mungkin mereka bermaksud ingin terkesan islami atau syar'i dan sejenisnya, tetapi apa mau dikata bila hanya bermodal semangat saja, justru yang diperoleh sebaliknya, menjadi hiburan baru kalangan santri. Demikian pula penggunaan kata antum, akhi, ukhti, dan sebagainya.
Terkait dengan penggunaan kata Ikhwan dan Akhawat, bukan lagi pada makna aslinya, tetapi sudah terlalu jauh pada istilah kiasan. Dan sayangnya makna kiasan ini oleh mereka yang awam dan masih bau kencur seolah-olah berubah menjadi makna asli.
Aslinya dan seharusnya memang makna istilah 'ikhwan' itu berarti saudara laki-laki dan makna kata 'akhawat' itu berarti saudari-saudari perempuan. Dan hubungannya antara ikhwan dan akhawat itu bisa macam-macam, bisa satu ayah dan satu ibu (syaqiq/syaqiqah), atau bisa juga hanya satu ayah tapi lain ibu (akh/ukht li ab), dan bisa juga saudara seibu tapi tidak seayah (akh/ukht li um).
Yang biasa belajar ilmu faraidh pasti paham istilah-istilah ikhwan dan akhawat ini. Tetapi buat para aktifis dakwah yang datang bukan dari jenjang pendidikan syar'i baku, mereka tidak kenal bahasa Arab, tetapi semangat jadi aktifis saja, yang mereka kenal dari istilah ikhwan dan akhawat tidak lain adalah teman dan rekan sepengajian. Teman satu pengajian (halaqah, liqa', daurah, dll) yang laki sering disebut dengan 'ikhwan', sedangkan teman pengajian yang peremuan sering disebut 'akhawat'.
Terkadang ada pula, WC masjid yang bertuliskan ikhwan dan akhawat. Maksudnya yang bertuliskan ikhwan adalah WC untuk laki-laki dan yang bertuliskan 'akhawat' berarti WC untuk perempuan. Padahal mereka bukan saudara, tidak ada hubungan darah dan jelas bukan seayah tidak seibu. Hubungan antara sesama aktifis dakwah itu hanyalah hubungan orang asing alias ajnabi dan jelas-jelas bukan mahram. Tetapi anehnya kenapa disebut ikhwan dan akhwat?
Sebaliknya, kakak beradik yang jelas-jelas lahir dari rahim yang sama, malah tidak disebut sebagai ikhwan dan akhawat. Alasannya, karena saudari perempuannya tidak pakai jilbab, maka tidak disebut akhwat. Alasan lainnya, karena saudara laki-laki sekandung itu tidak ikut pengajian yang sama, makanya tidak disebut sebagai ikhwan.
Istilah ikhwan dan akhawat telah bergeser maknanya terlalu jauh meninggalkan makna aslinya. Sampai orang awam pun tidak tahu arti yang sesungguhnya. Wajarlah kalau kebingungan begitu ada ustadz yang cerdas bilang bahwa ikhwan dan akhawat boleh berduaan, bahkan bersalaman, sentuhan kulit, malah boleh terlihat sebagian auratnya. Sebab mereka tidak memahami arti yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar