Jumat, 31 Juli 2015

Kisah Perdebatan Antara Syaikh Abdullah al-Talidi Dengan Syaikh Nashiruddin al-Albani

Kisah Perdebatan Antara Syaikh Abdullah al-Talidi Dengan Syaikh Nashiruddin al-Albani
Gambar Foto: Syaikh Nuruddin Marbu Al Banjari bersama dengan Syaikh Abdullah at Talidi.
Hasil gambar untuk photo al albani
Syeh Al bani wahabi

Ada sebuah kisah menarik yang terjadi saat pertemuan antara Syaikh Abdullah al-Talidi (Ulama Ahlussunnah wal Jama’ah) dengan Syaikh Nashiruddin al-Albani (Ulama Wahabi Salafi). Pada ketika itu, Syaikh Abdullah at Talidi sedang berjalan-jalan bersama kawan-kawan, lalu mereka bertemu dengan salah seorang murid al-Albani yang bernama Mahmud Mahdi al-Istanbuli. Maka Mahmud tersebut pun mengajak mereka untuk datang pada malam hari di rumahnya sebagai tamu. Kemudian ketika waktu yang ditetapkan sudah sampai, mereka pun masuk ke dalam rumah yang dimaksud. Ketika mereka duduk, maka masuklah al-Albani dan bersalaman dengan semua tetamu termasuk beliau. Maka al-Albani pula bertanya kepada beliau keadaan akidah para tamu yang hadir. Maka beliau pun menjawab bahwa mereka ini adalah orang awam.

Lalu Syaikh al-Albani pun memulakan pembicaraan tentang haramnya bertawassul pada zat seperti yang dijelaskan Ibn Taimiyyah di dalam kitab “Qaidah al-Tawassul wa al-Wasilah“. Maka Syaikh al-Talidi pula menjawab bahwa tawassul dengan zat yang utama adalah disyariatkan mengikut hadis al-Dlarir yang sahih lagi masyhur dan lain-lainnya. Dengan hadis itu, banyak ulama menghalalkannya, lalu al-Albani pula melarang dan perdebatan pun menjadi panjang.

Lalu masuklah pula pembahasan dengarnya para mayat akan ucapan orang yang masih hidup. Maka al-Albani meningkarinya secara mutlak sehinggakan dari Nabi Muhammad ﷺ pun tidak mendengarnya.

Lalu Syaikh al-Talidi pula menjawab dengan menggunakan hadis Anas RA yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim: “Sesungguhnya hamba ketika diletakkan di dalam kuburnya dan pengantarnya sama berpergian maka dia mendengar pergerakan selipar mereka”. Akan tetapi, al-Albani menolaknya dan mentakwilnya. Begitu juga dengan hadis Umar RA yang menceritakan ucapan Nabi Muhammad ﷺ bersama kuffar Quraisy yang mati di al-Qalib, maka al-Albani mentakwilnya juga.

Terakhir beliau mengeluarkan hadis menampakkan amal kepada Rasulullah ﷺ,”Hidupku lebih baik bagimu, kamu melakukan sesuatu dan kamu diberi keterangan hadis. Matiku juga lebih baik untukmu, amal perbuatanmu di tampakkan kepadaku. Apa yang aku lihat baik, aku memuji kepada Allah dan apa yang ku lihat buruk, aku mitna ampun kepada Allah untukmu” (riwayat al-Bazzar dan perawinya adalah Sahih seperti yang disebutkan di dalam Majma’ al-Zawaid, 9:24).

Maka al-Albani pun mendaifkannya lagi, lalu Syaikh al-Talidi berkata padanya bahwa hadis ini sahih dan telah disahihkan oleh banyak para Huffaz. Akan tetapi, al-Albani tetap berkeras bahwa ia adalah daif. Maka ketika beliau melihat bahwa al-Albani tidak insaf, maka beliau pun berpaling darinya dan diam serta tidak diulang lagi pertentangan.

Maka ketika selesai majlis, mereka pun beransur. Lalu sekarang Syaikh al-Talidi melihat bahwa ternyata al-Albani telah mensahihkan hadis menampakkan amal kepada Rasulullah ﷺ tersebut di dalam al-Silsilah al-Sahihah karangan al-Albani sendiri.

Kitab Mafahim Yajibu An Tushahhah (Kitab Penolakan terhadap wahabi)

Kitab Mafahim Yajibu An Tushahhah (Kitab Penolakan terhadap wahabi)

Mafahim Yajibu An Tushahhah Karya Sayyid Muhammad Alwi al-Maliky
Sayyid Muhammad Alawi al-Maliky al-Hasani, sebuah nama yang tidak asing lagi di telinga kita. Seorang ulama Aswaja yang gigih mempertahankan aqidah Ahlus sunnah wal Jamaah di tengah-tengah kaum Wahabi di kota Makkah. Hidup dalam Negri Wahabi bukan tanpa rintangan, Pada tahun 80-an terjadi perselisihan besar antara beliau dan beberapa ulama Wahabi. Beliau dituduh menyebarkan bid'ah dan khurafat. Beliau kemudian dikucilkan hingga pernah mengungsi di Madinah selama bulan Ramadhan.

Persoalan itu kemudian meruncing, tetapi bisa dicari jalan tengah dengan melakukan klarifikasi. Waktu itu beliau berargumen dengan kuat saat berhadapan ulama yang juga mantan hakim agung Arab Saudi, Syaikh Sulaiman Al Mani'. Dialog itu direkomendasikan oleh Syaikh Abdul bin Baz, yang dikenal sebagai mufthi Kerajaan Arab Saudi waktu itu. Syaikh bin Baz sangat berseberangan dengan beliau.

Sayyid Muhamamd Alawi al-MalikiSyaikh Al Mani' kemudian menerbitkan dialognya itu dalam bentuk buku yang diberi judul Hiwar ma'al Maliki liraddi mungkaratihi wa dhalalatih (dialog dengan Maliki untuk Menolak Kemungkaran dan Kesesatannya). Syaikh Shaleh bin Abdul Aziz alu-Syaikh (alu Syeikh adalah gelar untuk keturunan Muhammad bin Abdul Wahab), kemudian juga menerbitkan buku yang berjudul Hadzihi Mafahimuna (inilah pemahaman kami) yang menghantam pemikiran beliau.
Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki pun tidak tinggal diam. Beliau juga menerbitkan buku yang tak kalah hebat dan populernya, dengan judul Mafahim Yajibu An Tushahhah (Pemahaman- pemahaman yang Harus Diluruskan).

Melalui kitab ini beliau membuktikan kesalahan doktrin-doktrin kaum wahabi dengan menggunakan dalil-dalil yang qath'I (pasti) serta argumentasi yang benar dan rasional bahkan dengan kadang beliau juga berargumen dengan kalam pendiri Wahabi sendiri, Muhammad bin Abdul Wahab. Mafahim Yajibu An Tushahhah membuka wawasan baru yang baru tentang hal-hal yang selama ini masih menjadi polemik dikalangan sebagian umat islam. Perbedaan pemahaman tentang masalah bid'ah, syafaat, tasawuf, dan tawasul, misalnya, tidak jarang meninggalkan menimbulkan pertentangan, permusuhan, bahkan saling mengkafirkan. Kitab ini telah mendapat sambutan tidak kurang dari empat puluh ulama dunia. Karya beliau yang satu ini memang diakui sebagai karya ilmiyah yang dapat dijadikan hujjah (alasan), burhan (dalil), dan bukti ajaran Islam yang benar.
Dalam kitab ini, beliau juga mengajak setiap Muslim untuk menghindari sikap mudah menjatuhkan penilaian terhadap sesama muslim dengan gelaran bid‟ah, musyrik, kafir dan sebutan-sebutan lainnya yang tidak bisa dengan mudah dituduhkan. Maka tepatlah kiranya jika dikatakan bahwa kitab mulia ini tergolong karya tulis yang paling baik dan bermutu dibidangnya pada masa ini.

Bagi yang ingin memiliki file PDF kitab ini silahkan di donwload di bawah ini terdiri dari dua jenis file pdf, yang pertama adalah cetakan Dar Kutub Ilmiyah, Libanon sedangkan yang kedua cetakan Dar Jawami’ Kalim, Kairo, Mesir.

Download Kitab :
Mafahim Yajibu An Tushahhah PDF Cetakan Dar Kutub Ilmiyah
PDF : http://ia700800.us.archive.org/3/items/mfahim-tsa7a7/mfahim-tsa7a7.pdf

Kitab Mafahim Jayibu An Tushahhah Format PDF Cetakan Dar Jawamik Kalim
PDF : https://ia601701.us.archive.org/27/items/maleky/mafahim.pdf

Kitab Mafahim Yajibu An Tushahhah Format word
http://www.4shared.com/get/km1BUJK2/___.html 

Semoga bermanfaat.

Selasa, 28 Juli 2015

Kitab Al-Mujaalasah wa Jawaahirul 'Ilmi

Al-Mujaalasah wa Jawaahirul ‘Ilm (V/252) karya Abu Bakr Ahmad bin Marwan bin Muhammad ad-Dainuri al-Qodhi al-Maliki  

Download kitab Klik :
https://archive.org/details/FPmgemge 


DOWNLOAD OPTIONS
SHOW ALL
باقي مجموعات... >> المجالسة وجواهر العلم (ت: مشهور)
Seorang suami mengadukan apa yang ia rasakan kepada seorang Syekh.

Minggu, 26 Juli 2015

Wahabi : Ibnu utsaimin dan albani mengingkari nabi Muhammad mahluk Allah paling mulia

“DEDENGKOT” WAHABI; IBNU UTSAIMIN DAN AL ALBANI MENGINGKARI RASULULLAH SEBAGAI MAKHLUK ALLAH PALING MULIA......
Salah satu bukti bahwa WAHABI memusuhi Rasulullah.

Kitab ini karya Ibnu Utsaimin berjudul al Manahi al Lafzhiyyah, h. 161, lihat scan berikut:



Ini adalah terjemah lengkapnya:

Ibnu Utsaimin di tanya: “Ada salah seorang guru di perguruan tinggi mengatakan bahwa mengucapkan “NABI MUHAMMAD ADALAH MAKHLUK PALING MULIA” adalah kata-kata yang tidak benar, menurutnya ini adalah ungkapan para ahli tasawuf. Ia berdalil dengan firman Allah:

ويخلق ما لا تعلمون (النحل: 8)


[Allah menciptakan sesuatu yang tidak kalian ketahui/QS. An-Nahl: 8], menurutnya; makhluk Allah ini sangat banyak, kita tidak dapat menghitung jumlahnya, [menurutnya bisa saja ada yang lebih mulia dari nai Muhammad]; maka kenapa kita harus mengatakan bahwa nabi Muhammad sebagai makhluk Allah paling mulia?

Ibnu Utsaimin menjawab [qabbahahullah]: “Pendapat yang masyhur menurut mayoritas ulama adalah ungkapan-ungkapan semacam ini dalam pemahaman mutlak; artinya nabi Muhammad adalah makhluk Allah yang paling utama di antara makhluk-makhluk lainnya, seperti perkataan seorang dalam bair syairnya:

وأفضل الخلق على الإطلاق  #   نبينا فمل عن الشقاق


“Dan makhluk paling utama secara mutlak adalah nabi kita; Muhammad, maka hindarilah dari perselisihan pendapat”. [bait Syekh Ibrahim al Laqqani dalam Jawharah at Tauhid]. Tetapi yang lebih hati-hati dan lebih selamat adalah kita katakan; “Muhammad adalah pimpinan seluruh anak Adam”, “manusia paling mulia”, “nabi yang paling mulia”, atau kata-kata semacam ini. DAN SAYA TIDAK MENGETAHUI SAMPAI DETIK INI BAHWA MUHAMMAD ADALAH MAKHLUK ALLAH YANG LEBIH UTAMA DARI SEGALA MALHLUK APAPUN SECARA MUTLAK.

PARAAAAH.... ente Utsaimin!!!!! Ente mengutip bait Syekh Ibrahim al Laqani, dan ente katakan bahwa pendapat masyhur di kalangan ulama adalah bahwa nabi Muhammad makhluk Allah paling mulia secara mutlak.... lalu ente membuat pendapat sendiri yang menurut ente LEBIH HATI-HATI dan LEBIH SELAMAT..... heh!! Yang ada justru ente “NYELENEH” karena menyalahi pendapat yang ente katakan sendiri sebagai pendapat masyhur.... gharib ente Utsaimin!!!! Man Syadza Syadza finnar.........

Berikut ini BUKTI PARAH LAINNYA.... dari tulisan al Albani, bukunya berjudul Kitab at Tawassul; Anwa’uhu Wa Ahkamuhu, isinya pada halaman ini untuk "membantah" IBNU UTSAIMIN tapi sekaligus untuk MENGINKARI NABI MUHAMMAD SEBAGAI MAKHLUK PALING MULIA, lihat scan ini:



Berikut terjemah  yang berwarna kuning, berkata al Albani [qabbahahullah]:

“Perkara ke tiga dan yang terakhir; bahwa SANG DOKTOR (Ibnu Utsaimin) menganggap bahwa nabi Muhammad adalah makhluk Allah paling mulia secara mutlak. Ini adalah keyakinan, --yang dia sendiri tidak menetapkan kebenarannya--, yang seharusnya ditetapkan dengan dalil yang nyata (qath’iyyutsubut), dan petunjuk yang jelas (qath’iyyuddilalah); artinya harus ada ayat al Qur’an yang menetapkan secara jelas keyakinan semacam ini, atau hadits nabi yang mutawatir menunjukan demikian. SEKARANG... MANA DALIL PASTI YANG MENGATAKAN BAHWA NABI MUHAMMAD SEBAGAI MAKHLUK ALLAH YANG PALING MULIA SECARA MUTLAK?
Inilah keyakinan BURUK kaum Wahabi, tidak ada dalam HATI mereka ruang untuk mencintai Rasulullah; yang ada kata ”cinta” di MULUT doang... benar; kalau di MULUT mereka dech paling BERKOAR mengatakan cinta kepada Rasulullah.

الجواب من شيخنا كيئي سيف الدين عن الشيخ يس الفدنى الذى هو مسند الدنيا : جوابه حين يسئل عن البنى هو الشيطان.

نعوذ بالله

Ketahuilah olehmu wahai ASWAJA, bahwa sesungguhnya ada tiga amalan yg wajib untuk kaum wahabi,
1- Mengkafirkan kaum muslimin yg sudah briman dan brtauhid dgn sebenar-benarnya.

2- Membid'ahkan segala amalan yg dilakukan oleh kaum muslimin lainnya, yg tidak sefaham dgn mereka.

3- Menyesatkan dan memasukan kedalam neraka kaum muslimin lainnya, dgn alasan memurnikan aqidah, padahal yg sbenarnya merekalah(wahabi) yg sesat dan menyesatkan dgn agala dalil sesatnya.


Kalau kesesatan wahabi terbongkar atau tidk bisa menunjkan Dalil, kata pamungkas dia adalah, Fitnah dan syiah. knapa dmikian krn mrka Jahil murokab yang taklid Buta pada

Nz'uzubillahi min_zalik,,,,,,,


Catatan :
Mengapa kita selalu mencatatat kesesatan wahabi?
Ini semata-mata sebagai peringatan buat kita agar menjadi orang yang selamat.
Fir'aun qorun haman dan org yg sudah jlas dilaknat aja diceritakan allah keburukannya dlm al qur'an, gunanya supaya kita tdk mnjdi sprti mrka, bongkar trus kesesatan wahabi agar ummat tdk trsesat karenanya.

Jumat, 10 Juli 2015

Menetapan hari raya idul futri bingung?

Al Habib Munzir Al Musawa berkata : Kita tetap mengikuti keputusan pemerintah, karena mayoritas muslimin ahlussunnah waljamaah mengikuti pemerintah, selama pemimpinnya adalah muslim,
memisahkan diri dari jamaah muslimin adalah kufur hukumnya, Rasul saw bersabda : \"Jika kalian melihat hal yg tak kalian sukai pada penguasa kalian maka bersabarlah, karena yg memisahkan diri dari jamaah muslimin sejengkal lalu ia wafat maka ia wafat dalam kematian jahiliyah\" (Shahih Bukhari)
saya pernah bertanya kepada Mufti Tarim Al Allamah Almusnid Alhabib Ali Almasyhur bin Hafidh, mengenai bagaimana kalau ternyata yg benar dalam memutuskan itu justru yg memisahkan diri dari jamaah muslimin dan pemerintah?, beliau menjawab : \"Berbuka di hari ramadhan karena ikut idulfitri jamaah muslimin jauh lebih afdhal daripada berpuasa namun memisahkan diri dari jamaah muslimin dan menyebabkan perpecahan muslimin\"
dan memisahkan diri dari jamaah muslimin yg diancam mati dalam kekufuran oleh Nabi saw.

Semoga bermanfaat

Gudang kitab azwaja

http://taufiqmunir.blogspot.com/2010/11/kitab-klasik-to-z_05.html?en

Jumat, 03 Juli 2015

5 Alasan orang wahabi Tidak Mau Disebut Wahabi

Inilah 5 Alasan Mereka Tidak Mau Disebut Wahabi

Terkait dengan istilah Wahhabi, setidaknya pengikut Wahhabi terbagi menjadi dua bagian. Pertama, orang-orang atau kelompok yang bangga disebut Wahhabi. Sebab menurut mereka, sebutan Wahhabi adalah sebuatan untuk kelompok yang mendakwahkan tauhid yang lurus yag dinisbatkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Nadji.

Baca: Ternyata Ulama Wahhabi Bangga Disebut sebagai Wahhabi 

 Kedua, kelompok atau pengikut Wahhabi yang tidak mau disebut Wahhabi. Mereka malu dan takut disebut sebagai Wahhabi. Mereka memberikan beberapa alasan yang tumpang tindih terkait dengan penolakan mereka disebut sebagai Wahhabi, bahkan sambil menyebarkan kebohongan.
Ketakutan dan rasa malu mereka sehingga tidak mau disebut sebagai wahhabi karena pada dasarnya mereka menyadari sejarah kelam dan kekejaman Wahhabi yang tak akan pernah terlupakan dalam sejarah Islam. Sehingga mereka menciptakan beberapa alasan untuk menolak istilah Wahhabi tersebut.

Setidaknya ada 5 alasan (dalih) mereka yang berusaha menolak istilah Wahhabi:

(1). Tidak mau (malu/takut) disebut Wahhabi karena menurut mereka, nisbat Wahhabi bukan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Nadji, tetapi kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum.
Dalih ini baru muncul setelah seorang Wahhabi bernama Muhammad bin Sa’ad Asy-Syuwai’ir mengalami salah paham terkait dengan istilah Wahhabiyyah (الوهَّابيَّة) dan Wahbiyyah (الوَهْبِيَّة) dalam tulisannya yang mencantumkan fatwa Al-Lakhmi. Kesalah-pahaman itu ternyata diadobsi oleh kalangan Wahhabi, khususnya Wahhabi di Indonesia, seperti Abu Yahya Badrussalam Lc dan lain-lain.

Baca: Memahami Antara Wahhabi, Wahbi, Ibnu Rustum dan Ulama Wahhabi

Baca: Kepalsuan Gambar Perbedaan Dua Wahabi di Sosmed
Baca: Dongeng Populer Wahhabiyyah Rustumiyyah

(2). Tidak mau (takut/malu) disebut Wahhabi karena menurut mereka, nisbat Wahhabi adalah nisbat yang salah. Mereka mengatakan bahwa bila pendirinya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab maka seharusnya namanya adalah Muhammadi atau Muhammadiyah bukan Wahhabi atau Wahhabiyyah.
Perkataan mereka tersebut datang dari kalangan yang masih awam dalam memahami persoalan nisbat. Sebab nisbat tidak harus dengan nama pendirinya, tetapi boleh dengan nama ayahnya, kakeknya dan seterusnya, bahkan dengan mudloh ilah-nya.
Misalnya, istilah Syafi'iyah tidak dinisbatkan kepada pengasasnya. Nama pengasasnya adalahMuhammad bin Idris bin Al-'Abbas bin 'Utsman bin Syaafi'. Syafi' adalah nama dari kakeknya yang sudah terbait jauh. Begitu banyak penisbatan yang tidak menggunakan nama pendiri atau pengasasnya. Dan nisbat juga tidak mesti dengan nama depannya, boleh dengan mudloh ilaihnya, seperti Abdul Qais, nisbahnya menjadi Qaisy.

(3). Tidak mau (takut/malu) disebut Wahhabi karena menurut mereka, istilah Wahhabi berasal orientalis barat atau orang kafir yang benci terhadap dakwah mereka.
Dalih tersebut merupakan kebohongan daripada ustadz-ustadz Wahhabi. Sebab, penamaan Wahhabi yang dinisbatkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab diberikan pertama kali oleh kakak kandung pendiri Wahhabi sendiri, yaitu Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab al-Najdi al-Hanbali dalam kitabnya al-Shawaiq al-Ilahiyyah fi raddi alal Wahhabiyah, kemudian istilah itu diikuti oleh para ulama.

Baca: Kebohongan Ustadz Wahabi Muhammad Arifin Badri tentang Nisbat Wahhabi

(4). Tidak mau (takut/malu) disebut Wahhabi karena menurut mereka, istilah Wahhabi ciptaan Syi'ah untuk menjelekkan dakwah mereka. Kata mereka, Syi'ah melabeli semua yang anti Syi'ah sebagai Wahhabi.
Dalih tersebut juga merupakan kebohongan. Kebohongan ini baru-baru saja muncul atau diciptakan oleh Wahhabi ditengah gencarnya isu mengenai Syi'ah. Kebohongan ini diantaranya disebarkan oleh ustadz Wahhabi Khalid Basalamah, orang PKS Jonru melalui fanpagenya, dan yang terbaru disebarkan oleh Wahhabi Sony Abu Hussein Ath-Thuwailibi, Abu Jibril / komplotan situs radikal Arrahmah .com , serta orang-orang awam Wahhabi di jejaring sosial.

Sebutan Wahhabi berasal dari kalangan Ahlussunnah wal Jama'ah (Sunni/Aswaja) yang pertama kali diberikan oleh Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab (kakak kandung Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab) sebagaimana penjelasan sebelumnya, kemudian istilah itu digunakan oleh para ulama Ahlussunnah lainnya.
Bila ada Syi'ah menggunakan istilah Wahhabi kepada orang Wahhabi maka berarti ada kemajuan, sebab mereka berarti bisa memilah mana yang Ahlussunnah wal Jama'ah (asli) dan mana yang Wahhabi (Ahlussunnah KW). Tetapi sayangnya, Syi'ah kadang tidak bisa membedakan hal tersebut. Yang mereka tahu, Sunni ya Sunni. Seperti halnya Barat, yang mereka tahu hanyalah Islam ya Islam. Misal, pengeboman yang dilakukan Wahhabi, orang-orang Barat mengatakan itu dilakukan oleh muslim. Sebagian mereka kurang mengerti bahwa itu dilaukan oleh kalangan muslim yang Wahhabi. Maka Islam mendapat citra yang buruk di mata dunia karena kelakukan Wahhabi.

Kekurang-mampuan sebagian Syi'ah membedakan hal tersebut, menjadi mereka menyangka bahwa setiap yang anti Syi'ah dikira Wahhabi. Padahal Aswaja (Ahlussunnah wal Jama'ah) juga tidak sepakat dengan paham Syi'ah.

Baca: Julukan Wahabi hanya Dipakai Syi’ah, Benarkah? Tanggapan Untuk Khalid Basalamah
Baca: MENJAWAB PROPAGANDA Benarkah Menggelari Wahhabi berarti Membantu Syi'ah ?
Baca: MENJAWAB PROPAGANDA: Benarkah Sebutan Wahhabi adalah Ciptaan Syi'ah ?
Baca: Jonru dan Hoax tentang Sebutan Wahhabi 


(5). Tidak mau disebut Wahhabi karena menurut mereka, sebutan Wahhabi dinisbatkan kepada nama Allah, Al-Wahhab. Ini adalah dalih dari kalangan Wahhabi yang sudah tidak memiliki alasan lagi. Ini pernah dikemukan oleh Muhammad bin Jamil Zainu dalam bukunya Quthuf Min asy Syama’il al Muhammadiyyah.
Mungkin saja, berikutnya mereka akan membuat dalih baru untuk menolak penamaan Wahhabi dengan alasan istilah Wahhabi berasal dari kalangan Liberal / JIL dan sebagainya. Alasan ini belum ada dilontarkan oleh kalangan Wahhabi sebab mereka tahu bahwa istilah Wahhabi tidak berasal dari kalangan Liberal.
Hal seperti ini penting diketahui oleh umat Islam agar tidak terjebak dalam propaganda Wahhabi.



Semoga bermanfaat.