Jumat, 03 Juli 2015

5 Alasan orang wahabi Tidak Mau Disebut Wahabi

Inilah 5 Alasan Mereka Tidak Mau Disebut Wahabi

Terkait dengan istilah Wahhabi, setidaknya pengikut Wahhabi terbagi menjadi dua bagian. Pertama, orang-orang atau kelompok yang bangga disebut Wahhabi. Sebab menurut mereka, sebutan Wahhabi adalah sebuatan untuk kelompok yang mendakwahkan tauhid yang lurus yag dinisbatkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Nadji.

Baca: Ternyata Ulama Wahhabi Bangga Disebut sebagai Wahhabi 

 Kedua, kelompok atau pengikut Wahhabi yang tidak mau disebut Wahhabi. Mereka malu dan takut disebut sebagai Wahhabi. Mereka memberikan beberapa alasan yang tumpang tindih terkait dengan penolakan mereka disebut sebagai Wahhabi, bahkan sambil menyebarkan kebohongan.
Ketakutan dan rasa malu mereka sehingga tidak mau disebut sebagai wahhabi karena pada dasarnya mereka menyadari sejarah kelam dan kekejaman Wahhabi yang tak akan pernah terlupakan dalam sejarah Islam. Sehingga mereka menciptakan beberapa alasan untuk menolak istilah Wahhabi tersebut.

Setidaknya ada 5 alasan (dalih) mereka yang berusaha menolak istilah Wahhabi:

(1). Tidak mau (malu/takut) disebut Wahhabi karena menurut mereka, nisbat Wahhabi bukan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Nadji, tetapi kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum.
Dalih ini baru muncul setelah seorang Wahhabi bernama Muhammad bin Sa’ad Asy-Syuwai’ir mengalami salah paham terkait dengan istilah Wahhabiyyah (الوهَّابيَّة) dan Wahbiyyah (الوَهْبِيَّة) dalam tulisannya yang mencantumkan fatwa Al-Lakhmi. Kesalah-pahaman itu ternyata diadobsi oleh kalangan Wahhabi, khususnya Wahhabi di Indonesia, seperti Abu Yahya Badrussalam Lc dan lain-lain.

Baca: Memahami Antara Wahhabi, Wahbi, Ibnu Rustum dan Ulama Wahhabi

Baca: Kepalsuan Gambar Perbedaan Dua Wahabi di Sosmed
Baca: Dongeng Populer Wahhabiyyah Rustumiyyah

(2). Tidak mau (takut/malu) disebut Wahhabi karena menurut mereka, nisbat Wahhabi adalah nisbat yang salah. Mereka mengatakan bahwa bila pendirinya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab maka seharusnya namanya adalah Muhammadi atau Muhammadiyah bukan Wahhabi atau Wahhabiyyah.
Perkataan mereka tersebut datang dari kalangan yang masih awam dalam memahami persoalan nisbat. Sebab nisbat tidak harus dengan nama pendirinya, tetapi boleh dengan nama ayahnya, kakeknya dan seterusnya, bahkan dengan mudloh ilah-nya.
Misalnya, istilah Syafi'iyah tidak dinisbatkan kepada pengasasnya. Nama pengasasnya adalahMuhammad bin Idris bin Al-'Abbas bin 'Utsman bin Syaafi'. Syafi' adalah nama dari kakeknya yang sudah terbait jauh. Begitu banyak penisbatan yang tidak menggunakan nama pendiri atau pengasasnya. Dan nisbat juga tidak mesti dengan nama depannya, boleh dengan mudloh ilaihnya, seperti Abdul Qais, nisbahnya menjadi Qaisy.

(3). Tidak mau (takut/malu) disebut Wahhabi karena menurut mereka, istilah Wahhabi berasal orientalis barat atau orang kafir yang benci terhadap dakwah mereka.
Dalih tersebut merupakan kebohongan daripada ustadz-ustadz Wahhabi. Sebab, penamaan Wahhabi yang dinisbatkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab diberikan pertama kali oleh kakak kandung pendiri Wahhabi sendiri, yaitu Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab al-Najdi al-Hanbali dalam kitabnya al-Shawaiq al-Ilahiyyah fi raddi alal Wahhabiyah, kemudian istilah itu diikuti oleh para ulama.

Baca: Kebohongan Ustadz Wahabi Muhammad Arifin Badri tentang Nisbat Wahhabi

(4). Tidak mau (takut/malu) disebut Wahhabi karena menurut mereka, istilah Wahhabi ciptaan Syi'ah untuk menjelekkan dakwah mereka. Kata mereka, Syi'ah melabeli semua yang anti Syi'ah sebagai Wahhabi.
Dalih tersebut juga merupakan kebohongan. Kebohongan ini baru-baru saja muncul atau diciptakan oleh Wahhabi ditengah gencarnya isu mengenai Syi'ah. Kebohongan ini diantaranya disebarkan oleh ustadz Wahhabi Khalid Basalamah, orang PKS Jonru melalui fanpagenya, dan yang terbaru disebarkan oleh Wahhabi Sony Abu Hussein Ath-Thuwailibi, Abu Jibril / komplotan situs radikal Arrahmah .com , serta orang-orang awam Wahhabi di jejaring sosial.

Sebutan Wahhabi berasal dari kalangan Ahlussunnah wal Jama'ah (Sunni/Aswaja) yang pertama kali diberikan oleh Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab (kakak kandung Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab) sebagaimana penjelasan sebelumnya, kemudian istilah itu digunakan oleh para ulama Ahlussunnah lainnya.
Bila ada Syi'ah menggunakan istilah Wahhabi kepada orang Wahhabi maka berarti ada kemajuan, sebab mereka berarti bisa memilah mana yang Ahlussunnah wal Jama'ah (asli) dan mana yang Wahhabi (Ahlussunnah KW). Tetapi sayangnya, Syi'ah kadang tidak bisa membedakan hal tersebut. Yang mereka tahu, Sunni ya Sunni. Seperti halnya Barat, yang mereka tahu hanyalah Islam ya Islam. Misal, pengeboman yang dilakukan Wahhabi, orang-orang Barat mengatakan itu dilakukan oleh muslim. Sebagian mereka kurang mengerti bahwa itu dilaukan oleh kalangan muslim yang Wahhabi. Maka Islam mendapat citra yang buruk di mata dunia karena kelakukan Wahhabi.

Kekurang-mampuan sebagian Syi'ah membedakan hal tersebut, menjadi mereka menyangka bahwa setiap yang anti Syi'ah dikira Wahhabi. Padahal Aswaja (Ahlussunnah wal Jama'ah) juga tidak sepakat dengan paham Syi'ah.

Baca: Julukan Wahabi hanya Dipakai Syi’ah, Benarkah? Tanggapan Untuk Khalid Basalamah
Baca: MENJAWAB PROPAGANDA Benarkah Menggelari Wahhabi berarti Membantu Syi'ah ?
Baca: MENJAWAB PROPAGANDA: Benarkah Sebutan Wahhabi adalah Ciptaan Syi'ah ?
Baca: Jonru dan Hoax tentang Sebutan Wahhabi 


(5). Tidak mau disebut Wahhabi karena menurut mereka, sebutan Wahhabi dinisbatkan kepada nama Allah, Al-Wahhab. Ini adalah dalih dari kalangan Wahhabi yang sudah tidak memiliki alasan lagi. Ini pernah dikemukan oleh Muhammad bin Jamil Zainu dalam bukunya Quthuf Min asy Syama’il al Muhammadiyyah.
Mungkin saja, berikutnya mereka akan membuat dalih baru untuk menolak penamaan Wahhabi dengan alasan istilah Wahhabi berasal dari kalangan Liberal / JIL dan sebagainya. Alasan ini belum ada dilontarkan oleh kalangan Wahhabi sebab mereka tahu bahwa istilah Wahhabi tidak berasal dari kalangan Liberal.
Hal seperti ini penting diketahui oleh umat Islam agar tidak terjebak dalam propaganda Wahhabi.



Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar