Jumat, 31 Juli 2015

Kisah Perdebatan Antara Syaikh Abdullah al-Talidi Dengan Syaikh Nashiruddin al-Albani

Kisah Perdebatan Antara Syaikh Abdullah al-Talidi Dengan Syaikh Nashiruddin al-Albani
Gambar Foto: Syaikh Nuruddin Marbu Al Banjari bersama dengan Syaikh Abdullah at Talidi.
Hasil gambar untuk photo al albani
Syeh Al bani wahabi

Ada sebuah kisah menarik yang terjadi saat pertemuan antara Syaikh Abdullah al-Talidi (Ulama Ahlussunnah wal Jama’ah) dengan Syaikh Nashiruddin al-Albani (Ulama Wahabi Salafi). Pada ketika itu, Syaikh Abdullah at Talidi sedang berjalan-jalan bersama kawan-kawan, lalu mereka bertemu dengan salah seorang murid al-Albani yang bernama Mahmud Mahdi al-Istanbuli. Maka Mahmud tersebut pun mengajak mereka untuk datang pada malam hari di rumahnya sebagai tamu. Kemudian ketika waktu yang ditetapkan sudah sampai, mereka pun masuk ke dalam rumah yang dimaksud. Ketika mereka duduk, maka masuklah al-Albani dan bersalaman dengan semua tetamu termasuk beliau. Maka al-Albani pula bertanya kepada beliau keadaan akidah para tamu yang hadir. Maka beliau pun menjawab bahwa mereka ini adalah orang awam.

Lalu Syaikh al-Albani pun memulakan pembicaraan tentang haramnya bertawassul pada zat seperti yang dijelaskan Ibn Taimiyyah di dalam kitab “Qaidah al-Tawassul wa al-Wasilah“. Maka Syaikh al-Talidi pula menjawab bahwa tawassul dengan zat yang utama adalah disyariatkan mengikut hadis al-Dlarir yang sahih lagi masyhur dan lain-lainnya. Dengan hadis itu, banyak ulama menghalalkannya, lalu al-Albani pula melarang dan perdebatan pun menjadi panjang.

Lalu masuklah pula pembahasan dengarnya para mayat akan ucapan orang yang masih hidup. Maka al-Albani meningkarinya secara mutlak sehinggakan dari Nabi Muhammad ﷺ pun tidak mendengarnya.

Lalu Syaikh al-Talidi pula menjawab dengan menggunakan hadis Anas RA yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim: “Sesungguhnya hamba ketika diletakkan di dalam kuburnya dan pengantarnya sama berpergian maka dia mendengar pergerakan selipar mereka”. Akan tetapi, al-Albani menolaknya dan mentakwilnya. Begitu juga dengan hadis Umar RA yang menceritakan ucapan Nabi Muhammad ﷺ bersama kuffar Quraisy yang mati di al-Qalib, maka al-Albani mentakwilnya juga.

Terakhir beliau mengeluarkan hadis menampakkan amal kepada Rasulullah ﷺ,”Hidupku lebih baik bagimu, kamu melakukan sesuatu dan kamu diberi keterangan hadis. Matiku juga lebih baik untukmu, amal perbuatanmu di tampakkan kepadaku. Apa yang aku lihat baik, aku memuji kepada Allah dan apa yang ku lihat buruk, aku mitna ampun kepada Allah untukmu” (riwayat al-Bazzar dan perawinya adalah Sahih seperti yang disebutkan di dalam Majma’ al-Zawaid, 9:24).

Maka al-Albani pun mendaifkannya lagi, lalu Syaikh al-Talidi berkata padanya bahwa hadis ini sahih dan telah disahihkan oleh banyak para Huffaz. Akan tetapi, al-Albani tetap berkeras bahwa ia adalah daif. Maka ketika beliau melihat bahwa al-Albani tidak insaf, maka beliau pun berpaling darinya dan diam serta tidak diulang lagi pertentangan.

Maka ketika selesai majlis, mereka pun beransur. Lalu sekarang Syaikh al-Talidi melihat bahwa ternyata al-Albani telah mensahihkan hadis menampakkan amal kepada Rasulullah ﷺ tersebut di dalam al-Silsilah al-Sahihah karangan al-Albani sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar