Ada sebuah “hadits’’ yang masyhur beredar di
dunia maya, tepatnya di blog-blog Syi’ah, diantaranya adalah syiahali.wordpress
yang pada blognya menyandarkan hadits yang dinukilnya tersebut kepada Al-Imam
Al-Bukhariy sbb:
Nabi SAWW bersabda :
“Sesiapa yang ingin hidup dan
mati seperti aku, dan masuk surga (setelah mati) yang telah dijanjikan oleh
Tuhanku kepadaku, yakni surga yang tak pernah habis, haruslah mengakui Ali
sebagai pemimpinnya setelahku, dan setelah dia (Ali) harus mengakui anak-anak
Ali, sebab mereka adalah orang-orang yang tidak akan pernah membiarkanmu keluar
dari pintu petunjuk, tidak pula mereka akan memasukkanmu ke pintu kesesatan!’’
(Shahih Bukhari, jld 5, hl. 65,
cetkn. Darul Fikr)
Syi’ah mana yang tidak senang
ketika melihat matan yang demikian terlebih lagi dengan pencantuman nama Imam
Bukhariy pada riwayat tersebut. Akhirnya para himar tersebut pun mengcopasnya
lalu dengan begitu pedenya mereka berkoar-koar dengan “hadits’’ tersebut baik
di fb, twitter, ataupun jejaring sosial lainnya. Contohnya seperti ini :
Dan masih banyak lagi orang-orang
lainnya dari kaum Syi’ah yang mengcopas seperti dia. Namun silahkan anda
cari pada SHAHIH AL-BUKHARIY CETAKAN MANA PUN, MAKA ANDA TIDAK AKAN
MENEMUKANNYA. Riwayat tersebut tidak ada pada pada Shahih Al-Bukhariy,
dan tidak pula dapat dijadikan hujjah. Ia diriwayatkan beberapa jalur dari
hadits Ibnu ‘Abbas, Zaid bin Arqam, Hudzaifah, dan Abu Dzar. Berikut
takhrijnya.
Hadits Ibnu ‘Abbas
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim
dalam Al-Hilyah (1/86), Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq (42/240), dari jalur
Muhammad bin Ja’far bin ‘Abdirrahim, dari Ahmad bin Muhammad bin Yazid bin
Sulaim, dari ‘Abdurrahman bin ‘Imran bin Abi Layla saudara Muhammad bin ‘Imran,
dari Ya’qub bin Musa Al-Hasyimiy, dari Ibnu Abi Rawad, dari Isma’il bin Umayyah,
dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas yang berkata; Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
من سره أن يحيا حياتي ويموت مماتي ويسكن جنة عدن غرسها ربي فليوال عليا مِن بعدي، وليوال وليه وليقتد بالأئمة من بعدي فإنهم عترتي خلقوا من طينتي، رُزقوا فهمًا وعلمًا، ويل للمكذبين بفضلهم من أمتي القاطعين فيهم صلتي لا أنالهم الله شفاعتي
“Barangsiapa yang gembira
(ingin) hidup (seperti) hidupku, mati (seperti) matiku, menempati Surga 'Adn
yang ditanam oleh Tuhanku handaknya ia berpemimpin kepada Ali sepeninggalku,
dan kepada walinya serta mengikuti para Imam sepeninggalku, karena mereka
adalah ‘Itrahku, mereka diciptakan dari tanahku, mereka diberi kefahaman dan
ilmuku. Celakalah orang-orang yang mendustakan keutamaan mereka dari umatku,
yang memutus tali kekerabatanku. Semoga Allah tidak memberikan syafa’atku untuk
mereka.”
Riwayat di atas
bathil. Pada sanadnya terdapat Muhammad bin Ja’far bin ‘Abdurrahim, ‘Abdurrahman
bin ‘Imran bin Abi Layla, dan Ya’qub bin Musa Al-Hasyimiy yang
kesemuanya majhul, tidak diketahui jarh maupun ta’dil atas mereka sebagaimana
Ibnu ‘Asakir pada Tarikhnya tersebut berkata : “Ini adalah hadits munkar.
Padanya terdapat lebih dari satu dari rawi-rawi yang majhul.’’ dan dihukumi
maudhu’ oleh Al-Albaniy dalam Silsilah Adh-Dha’ifah (2/298 no. 894)
Diriwayatkan pula oleh Ar-Rafi’iy
dalam At-Tadwin (2/485) dari jalur Abu Thahir Al-Hasan bin Hamzah Al-‘Alawiy,
dari Sulaiman bin Ahmad Ath-Thabraniy, dari ‘Umar bin Hafsh As-Sadusiy, dari
Ishaq bin Bisyr Al-Kahiliy, dari Ya’qub bin Al-Mughirah Al-Hasyimi, dari Ibnu
Daud, dari Isma’il bin Umayyah, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas. Namun riwayat
ini juga maudhu’.
Abu Thahir
Al-Hasan bin Hamzah Al-‘Alawiy majhul, tidak diketahui jarh maupun ta’dil
mengenainya.
Ishaq bin Bisyr Al-Kahiliy, ia adalah Abu Ya’qub syaikh dari
‘Umar bin Hafsh As-Sadusiy yang meriwayatkan darinya, dinilai sebagai pendusta
oleh Ibnu Abi Syaibah, juga Musa bin Harun Al-Hamal. Abu Zur’ah berkata; “Suka
berdusta, dia suka meriwayatkan hadits-hadits palsu” . Al-Fallas dan
selainnya berkata; “Matruk”. Ad-Daraquthniy berkata; “Termasuk dari
sederetan orang yang suka memalsukan hadits” [Lisanul-Mizan oleh Ibnu Hajar
1/355, Adh-Dhu’afa wal-Matrukin oleh Ibnul-Jauziy 1/100]. Demikian pula dinilai
Ibnu ‘Adiy dalam Al-Kamil (1/342). Abu Hatim berkata; “Suka berdusta”
[Al-Jarh Wa At-Ta’dil, 2/214]. Ibnu Hibban berkata; “Suka memalsukan hadits
dari para rawi tsiqah” [Al-Majruhin, 1/135]. Al-‘Uqailiy berkata; “Munkarul-hadits”
[Adh-Dhu’afa Al-Kabir, 1/98 no. 115]
Hadits Zaid bin Arqam
Dikeluarkan oleh Ath-Thabraniy
dalam Al-Kabir (5/5067), Al-Ajurry dalam Asy-Syari’ah (4/1590), Al-Hakim dalam
Al-Mustadrak (3/128), Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (4/349-350), Al-Khathib dalam
Tali Talkhish Mutasyabih (2/417-418), Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq
(42/242), dari jalur Yahya bin Ya’la Al-Aslamiy, dari ‘Ammar bin Ruzaiq, dari
Abi Ishaq, dari Ziyad bin Mutharrif, dari Zaid bin Arqam yang berkata,
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
من يريد أن يحيى حياتي ويموت موتي ويسكن جنة الخلد التي وعدني ربي فليتوَلَّ علي بن أبي طالب فإنه لن يخرجكم من هدى، ولن يدخلكم في ضلالة
“Barangsiapa yang ingin hidup
seperti hidupku dan wafat seperti wafatku serta masuk ke surga yang telah
dijanjikan kepadaku oleh Tuhanku yaitu Jannatul Khuld, maka hendaklah ia menjadikan
Ali sebagai wali, karena sesungguhnya dia tidak akan mengeluarkan kamu dari
petunjuk dan tidak akan memasukkan kamu ke dalam kesesatan.’’
Abu Nu’aim
berkata: “Gharib dari hadits Abu Ishaq, Yahya menyendiri meriwayatkannya
dari ‘Ammar”. Al-Hakim berkata : “Hadits ini shahih dan tidak
dikeluarkan Al-Bukhariy dan Muslim”. Namun dibantah oleh Adz-Dzahabiy; “Ia
lebih dekat kepada palsu.” [At-Talkhish, 3/139]. Ibnu Mandah berkata : “Tidak
Shahih” [Al-Ishabah 2/587]. Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid (9/108)
berkata: “Padanya terdapat Yahya bin Ya’la Al-Aslamiy dan dia dha’if.”
Maka jelas, pentashhihan Al-Hakim
tertolak, selain karena beliau dikenal dengan ketasahulannya dalam menshahihkan
suatu riwayat pada Mustadrak-nya, dalam sanadnya terdapat Yahya bin Ya’la
Al-Aslamiy yang kedha’ifan dia ini disepakati oleh Ahli Hadits.
Ibnu Hajar
berkata: “Dha’if Syi'iy” [Taqrib At-Tahdzib no 7677]. Ibnu Ma’in
berkata; “Laisa bi syai’in (tidak ada nilainya)”. Al-Bukhariy berkata: “Mudhtharibul
hadits (haditsnya tidak beraturan/guncang)”. Abu Hatim berkata: “Haditsnya
lemah dan tidak kuat”. Al-Bazzar berkata: “Sering salah dalam
sanad-sanad” [Tahdzib At-Tahdzib no 10488]. Disebutkan oleh Ibnu ‘Adiy
dalam Al-Kamil fi Adh-Dhu’afa (9/87), Al-‘Uqailiy dalam Adh-Dhu’afa Al-Kabir
(4/435), dan Ibnu Hibban dalam Al-Majruhin (3/120).
Hadits Hudzaifah
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim
dalam Al-Hilyah (1/86) dan (4/174) dari jalur Muhammad bin Zakariyya
Al-Ghalabiy, telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Mihran, dari Syarik, dari
Al-A’masy, dari Zaid bin Wahb, dari Hudzaifah bahwa Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda :
من سره أن يحيا حياتي و يموت ميتتي ويتمسك بالقصبة الياقوتة التي خلقتها الله ثم قال لها كن أو كوني فكانت فليتول علي بن أبي طالب من بعدي
“Barangsiapa yang senang untuk
hidup seperti kehidupanku dan mati seperti matiku, dan berpegangan pada tiang
yang terbuat dari Yakut yang Allah ciptakan dengan kedua tangan-Nya, seraya
berfirman, 'Jadilah,' maka terjadi, maka hendaknya menjadikan Ali bin Abi
Thalib sebagai wali sesudahku.”
Abu Nu’aim berkata; “Bisyr
menyendiri periwayatannya dari Syarik.” Dan riwayat ini juga palsu
sebagaimana As-Suyuthiy memasukkannya ke dalam Al-La’ali Al-Mashnu’ah
fil-Ahadits Al-Maudhu’ah (1/337) karena pada sanadnya terdapat :
Muhammad bin
Zakariyya Al-Ghalabiy. Ibnul-Jauziy berkata; “kadzdzaab (pendusta)”
[Al-Maudhu’at, 2/37]. Ad-Daraquthniy berkata; “Suka memalsukan hadits.”
[Adh-Dhu’afa wal-Matrukin, 1/131 no. 483] sebagaimana disebutkan oleh
Burhanuddin bin Al-‘Ajamiy dalam Kasyful-Hatsits ‘amman Rumiya bi-Wadh’il-Hadits (no. 663)
dengan menambahkan; “Telah berkata Ad-Daraquthniy dan Yahya, “Suka
memalsukan hadits”. Ibnu ‘Asakir berkata; “Dha’if” [Tarikh Dimasyq,
57/373]. Al-Baihaqiy berkata; “Matruk” [Syu’abul-Iman, 1/247].
Adz-Dzahabiy
berkata; “Dha’if” kemudian setelah menyebutkan suatu riwayatnya, beliau
berkata; “Ini adalah kedustaan Al-Ghalabiy” [Mizan Al-I’tidal, 3/550,
demikian pula Ibnu Hajar dalam Lisanul-Mizan, 5/168]. Di tempat lain beliau
berkata; “muttaham” [Al-Mizan no. 1/325 dan disepakati Ibnu Hajar dalam
Al-Lisan 2/34]. Al-Hakim berkata setelah menyebutkan suatu riwayat dalam
Tarikhnya sebagaimana dinukil Ibnu Hajar, “Seluruh perawinya tsiqah, kecuali
Muhammad bin Zakariyya Al-Ghalabiy karena dialah penyakitnya.”
[Lisanul-Mizan, 5/169].
Al-Ghalabiy tidak menyendiri, ada
yang menyertainya dalam riwayat ini yaitu Abu ‘Abdillah Al-Husain bin Isma’il
Al-Mahwiy sebagaimana diriwayatkan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikhnya (42/242) namun
ia majhul, tidak diketahui jarh maupun ta’dil mengenainya.
Bisyr bin
Mihran. Tidak ada yang mentautsiqnya selain Ibnu Hibban dalam Ats-Tsiqat
(no. 12635) yang dikenal dengan ketasahulannya. Terdapat perincian mengenai
tautsiqnya namun tautsiqnya terhadap Bisyr bin Mihran disini tidaklah kuat
dimana tidak ada lafazh sharih akan tautsiqnya seperti “mutqin” dsb dan beliau
sendiri menyebutnya bahwa kalangan bashrah meriwayatkan hadits-hadits gharib
darinya. Ditambah lagi bahwa Adz-Dzahabiy memasukkannya ke dalam Al-Mughniy fi
Adh-Dhu’afa (no. 938) seraya menyebutkan jarh Abu Hatim yang meninggalkan
haditsnya tanpa menyebutkan taustiq Ibnu Hibban sebagaimana yang beliau
sebutkan pada beberapa rawi lainnya. Begitu pula Abu Hatim memerintahkan
putranya untuk tidak membacakan haditsnya sebagaimana dalam Lisanul-Mizan (no.
1641). Dan Al-Haitsami pada suatu riwayat yang pada sanadnya terdapat Bisyr bin
Mihram, beliau berkata; “Pada sanadnya terdapat Bisyr bin Mihran dan dia
matruk.” [Majma’ Az-Zawaid, 6/301 no. 10792].
Syarik bin
‘Abdillah. Beliau sebagaimana dinyatakan Ibnu Hajar dalam At-Taqrib (no.
2787) adalah seorang yang shaduq namun banyak kekeliruan, mengalami taghayyur
pada hafalannya semenjak menjabat sebagai Qadhiy di Kufah, dan tidak diketahui
apakah Bisyr meriwayatkan darinya sebelum Syarik mengalami taghayyur ataukah
sesudahnya.
Hadits Abu Dzar
Diriwayatkan Ibnu ‘Asakir dalam
Tarikhnya (24/242) sebagaimana berikut :
أخبرنا أبو محمد القاسم بن هبة الله بن عبد الله ثنا أبو بكر الخطيب ثنا أبو طاهر إبراهيم بن محمد بن عمر بن يحيى العلوي ثنا أبو المفضل محمد بن عبد الله الشيباني حدثني أحمد بن إسحاق بن العباس بن موسى بن جعفر العلوي بدبيل ثنا الحسين بن محمد بن بيان المدائني قاضي تفليس حدثني جدي لأبي شريف بن سائق التفليسي ثنا الفضل بن أبي قرة التميمي عن جابر الجعفي عن أبي الطفيل عامر بن واثلة عن أبي ذر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (من سره أن يحيا حياتي ويموت مماتي ويسكن جنة عدن التي غرسها الله ربي فليتول عليا بعدي
Artinya mirip seperti hadits Ibnu
‘Abbas, hanya lebih singkat dan berbeda sanadnya. Namun riwayat ini juga palsu.
Di samping banyaknya rawi-rawi majhul pada sanadnya terdapat :
Abul-Mufadhdhal
Muhammad bin ‘Abdillah Asy-Syaibaniy. Al-Khathib berkata; “…suka membuat
hadits palsu untuk rafidhah”. Al-Azhariy berkata; “Abul-Mufadhdhal
seorang dajjal lagi pendusta”. Al-‘Atiqiy berkata; “Banyak takhliith”.
Hamzah bin Muhammad bin Thahir Ad-Daqqaq berkata; “Suka memalsukan hadits”.
Demikian juga dinilai sebagai pendusta oleh Ad-Daraquthniy [Tarikh Baghdad,
5/466]. Dinukil pula oleh Adz-Dzahabiy dalam Al-Mizan (6/215) dan ditetapkan
oleh Ibnu Hajar dalam Al-Lisan (5/231) seraya menambahkan bahwa Abu Dzar
Al-Harawiy meninggalkan riwayatnya. Disebutkan pula oleh Ibnu ‘Iraq
dalam Tanzih Asy-Syari’ah Al-Marfu’ah ‘anil-Akhbar Asy-Syani’ah Al-Maudhu’ah
pada daftar nama-nama para pemalsu hadits dan pendusta (1/107 no. 166) seraya
menyatakan; “Dajjal, suka memalsukan hadits.”
Jabir
Al-Ju’fiy Ditautsiq oleh Syu’bah, Waki’, dan Ats-Tsauriy. Namun dinilai
sebagai pendusta oleh Ibnu Ma’in, Abu Hanifah, Laits bin Abi Sulaim,
Al-Juzjaniy, Ibnu ‘Uyainah, Ibnu Kharrasy, dan selain mereka serta dilemahkan
oleh banyak para ulama lainnya. Adz-Dzahabiy berkata; “Syu’bah mentautsiqnya
maka itu syadz karena para huffazh meninggalkannya.” [Al-Kasyif, no. 739].
Ibnu Hajar menyimpulkan; “Dha’if rafidhiy” [Taqribut-Tahdzib, no. 878].
Demikian pembahasan mengenai
hadits palsu di atas yang disandarkan oleh Syi’ah secara dusta kepada
Al-Imam
Al-Bukhariy rahimahullah, dan karenanya pula mereka turut berdusta atas
nama
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Tidak semua ‘illat kami
sebutkan agar tidak berkepanjangan, semisal tadlis Abu Ishaq, berkenaan
Ziyad bin Mutharrif, dsb. Namun dengan yang telah dipaparkan tentu sudah
cukup jelas kepalsuan hadits di atas. Terdapat pula dari jalur Abu
Hurairah
dan Al-Barra, hanya saja diriwayatkan dengan matan “hendaklah berpegang
dengan kecintaan terhadap ‘Ali” namun riwayat-riwayat tersebut juga tidak
lepas dari cacat. Kami batasi dengan apa yang sudah dibahas untuk
mempersingkat. Wallaahu A’lam.
Qabbahallaah ar-raafidhah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar