Berawal dari pertanyaan yang tak terjawab dari member Piss-Ktb tentang kenapa dan mengapa harus mengikuti ASY'ARIYYAH,siapakah sebenarnya ASY'ARIYYAH???
Berikut saya coba buat catatan khusus yg semoga bisa menjawab pertanyaan tersebut. Banyak orang yang tidak mengerti apa sebenarnya madzhab Asy'ariyyah, siapa mereka dan bagimana methode pemikiran mereka dalam akidah, hingga madzhab Asy'ariyyah tersebut di labeli madzhab sesat serta keluar dari agama.
Lebih ekstrim lagi, ada sebagian kalangan yang tanpa ragu-ragu menilai pengikut madzhab Asy'ariyyah adalah kufur.
Ternyata jahil mengenai madzhab Asy'ariyyah menjadikan pangkal kehancuran dan perpecahan di tubuh Ahlussunnah wa al-Jama'ah.
Bahkan ada yang mendudukkan pengikut Asy'ariyyah di sejajarkan dengan golongan yang sesat.
Kami sungguh tidak tahu argumen mereka, bagaimana mungkin ahli iman dan termasuk golongan Ahlussunnah di sejajarkan dengan kelompok sesat? Na'udzubillah.
Dalam kitab al-Ghuluw, makalah Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki hal. 23 dalam dialog nasional ke-2 di Makkah Mukarramah, di sebutkan bahwa tindakan anarkis dari sebuah kelompok yang selalu menyeru berjihad ternyata melakukan pembakaran kitab-kitab dan mausu'ah ilmiyyah (ensiklopedi) termasuk diantaranya adalah kitab Fath al-Bari syarah Shahih al-Bukhari karya al-Hafizh Ibnu Hajar hanya gara-gara beliau di tuduh bermadzhab Asy'ari serta mengikuti jejak Asy'ariyyah dalam mentafsiri hadits-hadits sifat yang terdapat dalam Shahih al-Bukhari.
Siapakah Asy'ariyyah sesungguhnya?
Asy'ariyyah adalah kelompok ulama-ulama Islam yang terdiri dari ahli hadits, ahli fiqh dan ahli tafsir seperti:
1. Al-Hafizh Abu Hasan ad-Daraquthni
2. Al-Hafizh Abu Nu'aim al-Ashbahani, penulis Hilyah al-Auliya'
3. Al-Hafizh al-Hakim an-Nasaiburi, penulis al-Mustadrak
4. Al-Hafizh Ibni Hibban
5. Al-Hafizh al-Baihaqi
6. Al-Khathib al-Baghdadi
7. Al-Hafizh as-Sakhawi
8. Syaikh al-Islam Ibnu Shalah
9. Syaikh Ibnu Daqiq al-Id
10. Al-Hafizh Ibnu Abi Jamrah al-Andalusi
11. Al-Hafizh al-Mundziri, penulis at-Targhib wa at-Tarhib
12. Syah Waliyullah ad-Dihlawi, penulis kitab Hujjah Allah al-Balighah
13. Al-Hafizh al-Munawi, penulis kitab Faidh al-Qadir
14. Qadhi Iyadh, penulis asy-Syifa' bi Ta'rifi Huquq al-Mushthafa
15. Syaikh Ibni Khaldun, penulis al-Muqaddimah
16. Abu Ishaq al-Isfirayini
17. Imam Abu Bakar al-Baqillani
18. Sa'duddin at-Taftazani, penulis kitab Syarah al-Maqashid
19. Sulthan al-Ulama, Izziddin bin Abdissalam
20. Imam Ibnu Asakir
21. Imam as-Sirazi
22. Al-Hafizh al-Kirmani, penulis Syarah Shahih al-Bukhari
23. Ibnu Hajar al-Asqalani (seorang ahli hadits yang tanpa disangsikan lagi bahwa pengarang kitab Fath al-Bari syarah Shahih al-Bukhari tersebut adalah bermadzhab Asy'ari dan kitabnya tersebut adalah kitab yang tidak bisa di tinggalkan ulama).
24. Imam an-Nawawi (guru besar Ahlussunnah dan pengarang kitab Syarah Shahih Muslim).
25. Imam al-Qurthubi (guru besar tafsir dan pengarang kitab tafsir al-Jami' li Ahkam al-Qur'an)
26. Imam al-Hafizh al-Mufassir Ibnu Katsir
27. Imam Mufassir Fakhruddin ar-Razi
28. Imam al-Hafizh al-Baghawi, penulis kitab Syarah as-Sunnah
29. Imam az-Zarkasyi
30. Imam Mufassir Abu Laits as-Samarqandi
31. Imam Mufassir Ibnu Athiyyah al-Andalusi
32. Imam Mufassir Abul Hasan an-Naisaburi
33. Ibnu Hajar al-Haitami (pengarang kitab az-Zawajir dan lain-lain)
34. Zakariyya al-Anshari (guru besar fiqh dan hadits)
35. Abu Bakar al-Baqillani 36. Al-Qusthalani (penulis Irsyad as-Sari Syarah Shaih al-Bukhari)
37. An-Nasafi (ahli tafsi dan penulis tafsir an-Nasafi)
38. Imam asy-Syirbini
39. Abu Hayyan an-Nahwi
40. Imam al-Juwaini
41. Imam al-Haramain
42. Imam al-Ghazali
43. Imam al-Qarafi, murid Izziddin bin Abdissalam
44. Imam az-Zabidi, pengarang kitab Ittihaf as-Sadah al-Muttaqin
45. Imam as-Sathibi (ulama' qira'at)
46. Imam Dhiya'uddin al-Maqdisi
47. Imam Ibnu Hajib
48. Imam Ibnu Abidin
49. Imam al-Qari' Ibnu Jazri
50. Imam al-Hafizh Ahmad Ash-Shiddiq al-Ghumari
51. Imam al-Bajuri, penulis kitab al-Bajuri Ibni Qasim
52. Al-Habib al-Quthb Abdullah bin Alawi al-Haddad.
53. Imam ar-Rafi'I asy-Syafi'i
54. Syaikh Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki
55. Syaikh Yusuf an-Nabhani
56. Syaikh Mutawalli asy-Sya'rawi (Mesir)
57. Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Mekkah
58. Sayyid Abbas al-Maliki
59. Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi (Dinasti Abbasiyyah)
60. Sulthan Muhammad al-Fatih
61. Dan lain-lain. Izzuddin bin Abdissalam mengatakan bahwa sesungguhnya akidah madzhab Asy'ari telah disepakati oleh seluruh ulama Syafi'iyyah, Malikiyyah, Hanafiyyah dan para petinggi ulama Hanbilah. Di antaranya adalah guru besar madzhab Malik yang hidup sezaman dengan Imam Asy'ari, yaitu Syaikh Abu Amr bin Hajib dan guru besar madzhab Hanafi, Jamaluddin al-Hushairi. Imam al-Khayali mengatakan dalam Hasyiyah Syarah al-Aqaid bahwa madzhab
Asy'ariyyah adalah Ahlussunnah wa al-Jama'ah .( Ittihaf as-Sadah juz 2 hlm. 7 )
Bahkan Ibnu Taimiyyah dalam al-Fatawi (IV/16) mengatakan tentang madzhab Asy'ariyyah: "Adapun para ulama yang melaknat Imam-Imam Asy'ariyyah, maka sesungguhnya siapa yang melaknat mereka, maka harus di ta'zir (di beri hukuman) dan laknat tersebut kembali kepada pelaknatnya.
Siapa yang melaknat seseorang yang tidak berhak di laknat, maka laknat akan mengenai dirinya sendiri.
Ulama adalah penolong ilmu-ilmu agama dan Asy'ariyyah adalah penolong dasar-dasar agama (ushul ad-din)" Fatwa Ibnu Taimiyyah tersebut di sebutkan dan di tulis Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki dalam makalah dialognya, namun mendapat sanggahan dari Dr. Yusuf al-Ghanifaish (tercatat dalam makalah hal. 57), dikatakan bahwa, "Yang disebutkan oleh Dr. Muhammad al-Maliki, sebenarnya bukan perkataan Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah, akan tetapi perkataan Abu Muhammad al-Juwaini sebagaimana di sebutkan oleh Syaikh Ibnu Taimiyyah di dua halaman sebelumnya" Kemudian Sayyid Muhammad mengucapkan terima kasih dan memberikan tanggapan bahwa Syaikh Ibnu Taimiyyah sependapat dengan fatwa Abu Muhammad al-Juwaini . (Lihat al-Ghuluw hlm 60.)
Dari itu semua, jika pengikut madzhab Asy'ariyyah di anggap sebagai orang sesat, maka berapa ribu ulama Asy'ariyyah dan berapa juta muslimin yang menjadi korban penyesatan dan pengkufuran?
Lalu kenapa, mereka selalu mengutip pendapat Ibnu Hajar al-Asqalani, Ibnu Katsir, al-Qurthubi, ar-Razi, Ibnu Hibban dan lain-lain, yang padahal mereka semua dianggp sesat?
Catatan:
Adapun cerita yang menyebutkan bahwa Imam Haramain merujuk kembali pendapatnya tentang ilmu kalam sebagaimana di tulis oleh Khalid Abdurrahman Ekk dan ulama-ulama lain (madzhab Wahhabi) dalam catatan kitabnya, Dalail at-Tauhid karya Jamaluddin al-Qasimi, adalah palsu dan bohong sebagaimana di jelaskan oleh Ibnu as-Subki dalam Thabaqat asy-Syafi'iyyah biografi Imam Haramain.
Begitu juga dengan Imam al-Ghazali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar