Selasa, 20 Januari 2015

Larangan Guru Agama Asing Sudah Tepat

Guru Agama Asing Dilarang, Dianggap Sebarkan Radikalisme
Larangan Guru Agama Asing Sudah Tepat Menurut Rektor UIN Malang
guru agama
Berita Indonesia – Teroris Terorisme – Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN) Malang, Mudja Rahardjo mendukung kebijakan Menteri Tenaga Kerja yang melarang dosen atau guru agama Asing di Indonesia. “Saya rasa itu kebijakan yang sangat bagus sekali, langkah tersebut sudah tepat,” kata Mudja kepada ROL, Senin (5/1/2015).

Mudja Rahardjo mengatakan, selain meminimalisir radikalisme, larangan guru agama asing juga dapat mengikis pembentukan kelompok-kelompok yang dapat memicu konflik agama di Indonesia. “Sekarang ini, Islam di Indonesia menjadi model Islam dunia karena merupakan agama yang moderat, jangan sampai Islam di Indonesia dikotori dengan paham radikalisme,” ujar Mudja Rahardjo.

Mudja Rahardjo menilai selain melarang guru agama asing, pemerintah harus memberikan fasilitas pendidikan kepada guru agama lokal untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas cara mengajar mereka. Hal itu untuk memberikan pengajaran yang baik kepada siswa siswi di Indonesia mengenai ajaran agama Islam yang baik dan benar.
guru agama

HTI meminta Pemerintah Memahami apa itu Radikalis dan Radikalisme.
Guru Agama Asing Dilarang, HTI Minta Pemerintah Fokus Atasi Sekularisme

Berita Indonesia – Berita Politik Terbaru –  HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) memandang pemerintah tidak memahami apa itu radikalis, karena itu HTI meminta pemerintah memahami terlebih dahulu makna dari radikalis. Sehingga denagn demikian, pemerintah tidak selalu menyudutkan pemeluk agama sebagai pihak yang membawa radikalisme di Indonesia.

Menurut juru bicara HTI, Ismail Yusanto, seharusnya pemerintah lebih memfokuskan masalah besar lainnya dibandingkan dengan isu radikalis. Ia berpendapat masalah liberalisme, kapitalisme dan sekulerisme yang sebenarnya harus dibasmi terlebih dahulu. “Ketiga hal tersebut jelas lebih berbahaya dibandingkan radikalisme,” kata Ismail Yusanto kepada ROL, Senin (5/1/2015).

Pendapat Ismail Yusanto itu disampaikan guna menanggapi larangan guru dan dosen agama asing mengajar di Indonesia. Meski pemerintah menunjukkan pelarangan ini ke semua agama, Ismail Yusanto tetap menduga kuat hal ini ditunjukkan kepada umat Islam.

Dugaan ini karena mayoritas agama yang dianut di Indonesia, yakni Islam. Jadi, Ismail Yusanto yakin pemerintah ingin menyudutkan umat Islam.

“Seolah-olah agama, terutama umat Islam itu pemberi masalah besar bagi Indonesia,” sebut Ismail Yusanto.

Sebelumnya, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Indonesia berupaya menangkal radikalisme agama dengan melarang tenaga kerja asing (TKA) untuk kategori profesi guru dan dosen teologi dari semua agama. Kemenaker juga mensyaratkan TKA harus menguasai Bahasa Indonesia.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Indonesia, M Hanif Dhakiri mengatakan, radikalisme agama apapun harus dicegah. Selain itu, anak-anak Indonesia dapat memperoleh pendidikan agama sesuai dengan kultur Indonesia dan kebhinekaan di Indonesia.

“Kami menutup pintu untuk TKA yang berprofesi guru atau dosen agama maupun teologi. Ini sebagai salah satu upaya kita menghindarkan supaya lembaga agama tidak dijadikan lahan persemaian ide atau kaderisasi,” kata Hanif Dhakiri kepada ROL saat ditemui usai pemaparan kinerja akhir tahun Kemnaker, di Jakarta, Selasa (30/12) sore.
Larangan Guru Agama Asing, HTI Menilai Pemerintah Paranoid Terhadap Islam

DKI Jakarta – HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) tidak sependapat dengan kebijakan pemerintah yang melarang guru dan dosen agama asing mengajar di Indonesia. Menurut juru bicara HTI, Ismail Yusanto, larangan Larangan Guru Agama Asing menandakan pemerintah mulai meminggirkan agama, terutama Islam di Indonesia.

Ismail Yusanto berpendapat, larangan guru asing dan dosen asing mengajar di Indonesia, mencerminkan jika pemerintah mulai paranoid terhadap agama. “Pemerintah sudah hilang akal sehatnya,” kata Ismail Yusanto kepada ROL, Senin (5/1/2015).

Meski pemerintah menunjukkan pelarangan ini ke semua agama, Ismail Yusanto tetap menganggap hal ini ditunjukkan kepada umat Islam. Anggapan ini karena mayoritas agama yang dianut di Indonesia adalah Islam. Jadi, Ismail Yusanto meyakini pemerintah ingin menyudutkan umat Islam.

“Seolah-olah agama, terutama umat Islam itu pemberi masalah besar bagi Indonesia,” sebut Ismail Yusanto.

HTI merupakan salah satu ormas Islam yang membawa dan memperjuangkan khilafah di Indonesia. Anggota HTI mayoritas terdiri dari pemuda pemudi Islam di Indonesia.  (al/republika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar