Sabtu, 24 Januari 2015

Siapa yang pertama kali memperingati hari lahirnya sendiri?

Bila membaca situs-situs Wahhabi di internet atau buku-buku dan tulisan-tulisan mereka maka yang pertama kali merayakan Maulid Nabi adalah kelompok Syi'ah yaitu Al-Fathimiyyun.


عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: أن رسول الله صلى الله عليه و سلم

سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ؟ قَالَ: فيه وُلِدْتُ وفِيهِ أنزل علي

(صحيح مسلم  ص  ١١٦٢)  
Rasulullah ditanya mengenai puasa hari Senin, beliau menjawab : "di hari itu aku dilahirkan dan di hari itu wahyu diturunkan kepadaku".
(Sahih Muslim hal 1162)

Wahhabi berupaya menjelekkan peringatan Maulid Nabi yang dilakukan oleh umat Islam Ahlussunnah wal Jama'ah dengan menuduhnya sebagai perayaan kaum Syi'ah.
Ujung-ujungnya hendak menuduh umat Islam yang memperingati Maulid Nabi sebagai pengikut Syi'ah.

Bagi Ahlussunnah wal Jama'ah, yang pertama kali merayakan atau memperingati Maulid Nabi adalah Nabi Muhammad Saw. sendiri.
Beliau Saw. mengangungkan hari kelahiran beliau sendiri dengan bersyukur beribadah kepada Allah melalui puasa.
Oleh karena ketika ditanya mengenai puasa hari Senin, beliau Saw. menjawab "Bahwa hari tersebut adalah hari kelahirannya".

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ؟ قَالَ: ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ

(رواه إمام مسلم)
Rasulullah ditanya mengenai puasa hari Senin, beliau menjawab : "Itu adalah hari dimana aku dilahirkan dan hari aku diutus atau wahyu diturunkan kepadaku". (HR. Imam Muslim)

Hadits shahih ini merupakan nas (teks) yang jelas tentang peringatan Maulid Nabi. Ini adalah fakta bahwa beliau Saw. pertama kali yang mengangungkan hari kelahirannya sendiri dengan berpuasa sehingga menjadi contoh bagi umatnya.

Haruskah Memperingati Maulid Nabi dengan Puasa?
Bila sudah ada dalil peringatan Maulid Nabi maka masalah tatacara (teknis) dan bentuk peringatan tersebut terbuka bagi umat Islam sesuai dengan ijtihad, pandangan dan kondisi mereka. Sehingga apa yang dikerjakan dalam peringatan Maulid Nabi dikembalikan kepada hukum asal dari pekerjaan tersebut. Contoh, dalam peringatan Maulid Nabi membaca shalawat maka hukumnya sunnah, demikian pula pekerjaan lainnya.

Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani dalam Haulal Ihtifal bi-Dzikril Maulidin Nabawi Asy-Syarif saat membawakan hadits diatas sebagai dalil, mengatakan : "Ini adalah semakna dengan perayaan Maulid Nabi, hanya saja bentuknya berbeda. Bisa berupa puasa atau memberi makan atau berkumpul untuk berdzikir (mengingat Allah) atau bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw atau mendengar sifat-sifat beliau yang mulya".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar