Senin, 23 Maret 2015

Strategi Al-Ghazwul Fikri

Setidaknya ada empat taktik dan strategi bagi musuh Islam untuk menghancurkan umat Islam dari dalam. Empat kaedah ini telah diterangkan oleh Abu Ridha dalam buku karangannya bertajuk “Pengantar Memahami al-Ghazwul Fikri”. Beliau menyatakan dengan tegas bahawa al-Ghazwul Fikri merupakan sebahagian dari uslub qital (metode perang) yang bertujuan untuk memisahkan umat Islam dari ajaran agamanya.

Al-Ghazwul Fikri adalah sebuah tekhnik propaganda yang ditujukan untuk menyerang kebudayaan atau Cara Hidup Islami dari kaum Muslimin. Menurut Prof. Abdul Rahman H. Habanakah dalam bukunya yang berjudul “Metode Merosakkan Akhlak Dari Barat” menceritakan perihal al-Ghazwul Fikri. Ia diterapkan secara ILMIAH agar cara hidup dunia Islam berubah dari bersendikan AGAMA kepada menuhankan kebenarana LOGIK akal semata. Secara dasarnya ia tidak usah menukar agama. Sebaliknya biar ia tetap menjadi orang Islam tetapi akal fikirannya tidak lagi menyakini dan melaksanakan ajaran Islam.

Definisi Al-Ghazwul Fikri

Kalimah Al-Ghazwul Fikri terdiri daripada dua perkataan iaitu al-Ghazw dan al-Fikr. Al-Ghazw bermakna perang atau serangan. Manakala al-Fikr bermakna pemikiran (minda). Adapun makna kalimah ini dari segi Istilah adalah :
Definisi Umum :
“Satu gugusan usaha yang dilakukan oleh satu bangsa untuk menjajah bangsa yang lain atau mempengaruhinya sehingga mereka menghala ke arah yang sama.”
Definisi Khusus :
“Menggunakan segala cara selain bentuk ketenteraan yang dilakukan oleh Nasrani dan selain mereka daripada musuh-musuh Allah untuk menghapuskan mazahir kehidupan Islam dan mengubah kaum muslimin daripada berpegang dengan ajaran Islam aqidah dan suluk.”
Al-Ghazwul Fikri Menurut Al-Quran dan As-Sunnah.
Allah S.W.T telah pun menceritakan berkenaan al-Ghazwul Fikri ini dalam surah Al-Baqarah ayat 120 :
“Orang-orang Yahudi danNasrani TIDAK akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah S.W.T Itulah petunjuk (yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah S.W.T tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
Begitu juga di dalam hadis sahih dikeluarkan Al-Imam Al-Bukahri dalam Sahih beliau :
“Daripada Abu Said Al-Khudri R.A daripada Nabi S.A.W sabda baginda: Kamu pasti akan mengikut jejak langkah umat sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta hingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun tentu kamu mengikutnya. Kami berkata: Wahai Rasulullah, adakah maksudmu Yahudi dan Nasrani? Kata baginda: SIAPA lagi (jika buka mereka).”

Sejarah
Kemenangan-kemenangan yang diperoleh pasukan Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi dalam Perang Salib dulu betul-betul membekas di pihak Kristen. Mereka frustasi dengan kemenangan-kemenangan kaum muslimin.
Strategi dan taktik perang yang dimiliki Pasukan Salib Kristen selama itu tidak selalu efektif dalam memerangi kaum muslimin. Dan mereka dituntut untuk berpikir kembali soal cara memenangi peperangan dengan kaum muslimin waktu itu.
Adalah Raymond Lull, atau kadang disebut juga sebagai Raymond Lully, yang mesti kita ingat di sini. Lahir pada tahun 1233 di Palma, Mallorca, di Spanyol sekarang, Lull adalah seorang misionaris dan seorang pemikir Catalan, Spanyol.
Tergugah oleh kekalahan-kekalahan yang menimpa orang-orang Kristen dalam rangkaian Perang Salib, Lull kemudian menganjurkan agar diadakan kajian-kajian tentang Dunia Timur dan segala yang berhubungan dengan Dunia Timur (oriental studies). Kajian ini kelak lebih dikenal sebagai orientalisme dan orang yang mendalaminya disebut sebagai orientalis.
Bagi mereka yang berada di Eropa waktu itu, Dunia Timur yang dimaksud adalah wilayah-wilayah kekuasaan Islam yang membentang dari benua Afrika sampai ke anak-benua India. Dengan mengkaji seperti itu, diharapkan metode kekerasan dalam Perang Salib dapat segera digantikan dengan metode persuasif yang lebih hemat waktu, biaya, dan tenaga.

Atas anjuran Lull tersebut, pada tahun 1250 M, berdirilah sekolah orientalis pertama di Toledo, Spanyol. Karena itu, tidak-bisa-tidak, Lull merupakan bapak orientalisme dalam sejarah dunia.
Lull sendiri mendirikan sebuah universitas untuk biarawan-biarawan Kristen di Mallorca. Di universitas itu, mereka diminta untuk mempelajari bahasa Arab agar dapat mempelajari naskah-naskah berbahasa Arab dan menerjemahkannya.

Perkembangan itu pada akhirnya berlanjut, meskipun pada tahun 1315 M Lull meninggal dunia. Di Universitas Paris dan Universitas Louvain, Perancis, serta Universitas Salamanca, misalnya, ikut pula didirikan kajian tentang bahasa Arab dan Tartar.
Pada hari ini, gagasan Lull memang betul-betul jenial. Orientalisme melahirkan perang “gaya baru” melawan kaum muslimin.

Perang “gaya baru” itu tidak lain dari perang ideologi. Dan berabad-abad lamanya, ternyata, banyak sekali kaum muslimin yang akhirnya menyerah dan kalah melawan perang “gaya baru” yang dilancarkan orang-orang kafir itu.

Tentang perang ideologi
“Perang ideologi adalah istilah baru yang berarti segala bentuk usaha yang dilakukan oleh satu bangsa dari bangsa-bangsa yang ada untuk menguasai bangsa yang lain. Paling tidak, usaha-usaha itu memberikan pengaruh, sehingga korban perang ini menjadi seperti apa yang diinginkan oleh bangsa yang menguasainya. Perang seperti ini lebih berbahaya ketimbang perang fisik, karena perang jenis ini sejatinya adalah penyerangan terhadap sesuatu yang tidak terlihat dan menggunakan cara-cara yang sangat keji. Bangsa yang menjadi korban tidak akan merasa dan tidak pula dalam keadaan siap menghadapinya, sampai betul-betul telah menjadi mangsanya. Akibat jauh dari perang ideologi adalah sebuah generasi bangsa yang rusak akal dan nuraninya; mereka menginginkan apa yang diinginkan musuh mereka dan membenci apa yang juga juga dibenci musuh mereka. Perang ideologi adalah penyakit ganas yang menyerang banyak bangsa, sehingga bangsa-bangsa yang menjadi korban akan kehilangan identitas diri dan nilai-nilai luhur bangsa, bahkan kekuatan bangsa itu sendiri. Mereka yang menjadi korban tidak akan menyadari semua itu. karenanya, memulihkan dan memecahkan masalah yang timbul dari perang ideologi adalah satu hal yang tidak gampang.”

Pada hasil transkripsi yang dimuat dalam Ghazwul Fikri,
“Kaum muslimin secara umum sedang menghadapi perang ideologi itu, termasuk pula bangsa Arab. Orang-orang kafir dari ujung timur sampai ujung barat saling mengajak sesama mereka untuk mengobarkan perang ideologi ke tengah kaum muslimin. Di antara mereka yang paling dahsyat mengobarkan perang itu adalah
(a) orang-orang Yahudi,
(b) orang-orang Nasrani, dan
(c) kelompok-kelompok sempalan di dalam Islam.” -

Empat Strategi Al-Ghazwul Fikri

Pertama – Tasykik
iaitu gerakan yang berupaya menciptakan keraguan dan kedangkalan (superficiality) aqidah umat Islam terhadap ajaran agamanya. Misalnya, tindakan segelintir manusia yang menyerang (memperlecehkan) Al-Qur’an dan Hadits, menghina Nabi Muhammad S.A.W atau berkempen bahawa hukum Islam tidak sesuai dengan tuntutan cara hidup zaman sekarang.

Kedua – Tasywih
iaitu gerakan yang berupaya menghilangkan kebanggaan umat Islam terhadap ajaran agamanya. Anologinya dengan memberikan gambaran Islam secara buruk sehingga timbul rasa rendah diri (inferiority) di kalangan umat Islam. Di sini, mereka melakukan penceritaan (naratif) negatif tentang agama Islam melalui media massa dan ceramah dengan menggambarkan bahawa agama Islam itu kelihatan menyeramkan, kejam, sadis, radikal dan lain-lain istilah yang kurang menyenangkan pendengarnya.

Ketiga – Tadzwib
iaitu usaha pencairan budaya dan pemikiran (dilution of culture and thought). Di sini, kuffar dan munafiqin telah mencampuradukkan antara hak dan batil di antara ajaran Islam dan bukan Islam. Sehingga umat Islam kekeliruan dan kebingungan untuk mendapatkan bimbingan atau pedoman hidup.

Keempat – Taghrib
iaitu usaha pembaratan (westernization) dunia Islam dengan mengalak atau mendorong umat Islam untuk menerima pemikiran Barat dan budaya mereka seperti sekularisme, pluralisme, nasionalisme, dan liberalisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar