Selasa, 18 Oktober 2016

Inilah Mu’awiyah Yang dibanggakan oleh wahabi

Mengenal Lebih Dekat Mu’awiyah Yang Dibanggakan Kaum Salafi Wahabi Nawashib!
Di masa kekhalifahan Ali, Mu’awiyah membunuh dua puluh lima (25) sahabat Badriyyun (yang ikut serta berjuang bersama Nabi dalam peperangan Badar memerangi kaum Musyrikun Mekkah_red) dan membunuh sekitar dua ratusan (200) sahabat Nabi saw. yang berbai’at kepada Nabi saw. dalam Bai’at Ridhwan… Mereka semua dibunuh Mu’awiyah ketika mereka membela Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam peperangan Shiffin menumpas pemberontakan yang dipimpin Mu’awiyah.

Yang sangat mengherankan adalah orang-orang -yang mengaku mencintai Nabi saw.- memuji oknum-oknum yang telah menghabiskan hidup mereka dalam memerangi Rasulullah saw, Ahlulbait/keluarga dekat dan para sahabat beliau selama delapan puluh tahun!

Mu’awiyah lahir lima tahun sebelum kenabian, ia “disusui” dengan kebencian kepada Nabi sejak bayi. Ayahnya adalah Abu Sufyan. Ibunya adalah Hindun si pengunyah jantung Hamzah pama Nabi saw.. Bibinya Hammalatul Hathab/si penggendong kayu bakar (seperti diabadikan dalam surah Al Lahab/Tabbat_red) [1]

Ma’awiyah -pada awal masa periode Mekkah- bagian dari anak-anak kecil yang dipimpin oleh tokoh-tokoh kafir Quraisy untuk menggangu Rasulullah saw.

Dan Mu’awiyah bergabung bersama para remaja/pemuda Quraisy yang juga menggangu dan menyakiti beliau di bagian akhir masa periode Mekkah.

Kemudian ia bergandeng tangan bersama ayahnya dalam memerangi Nabi saw. di berbagai peperangan. Dan ketika memerangi Nabi itulah abang kandungnya Handzalah mati terbunuh dalam perang Badar (ia dibunuh oleh Ali dengan pedangnya), demikian juga dengan kedua kakeknya yaitu ‘Utbah dan Syaibah dan paman (saudara ibunya) yaitu al Walid!

Kemudian ketika kota Mekkah ditaklukkan oleh Nabi dan kaum Muslimin, ia menyatakan Islam secara munafik. Dan ia ikut serta dalam perang Hunain sebagai seorang munafik. Ia bersama ayahnya termasuk yang memisahkan diri dan berlindung di sebuah puncak bukit, dan ia juga bersama ayahnya berkata: “Hari ini batallah sihir -Muhammad-“. (Ia katakan itu ketika menyaksikan kekalahan kamu Muslimin dalam perang Hunain_red)!

Kemudian ia bersama ayahnya pada perangan Hunain itu mencuri seekor unta milik seorang wanita Muslimah tua, lalu wanita tua itu melaporkan mereka berdua kepada Nabi saw., lalu keduanya bersumpah dan mengingkari bahwa mereka mencurinya, maka wahyu turun memberitahu Nabi saw tentang tempat unta itu disembunyikan. Maka Nabi saw. mengecam mereka berdua dan mengembalikan unta itu kepada wanita tua itu.

Dan Nabi saw. pun berusaha melunakkan hati keduanya agar bisa menerima Islam dengan tulus dengan memberinya santunan dari bagian rampasan perang.

Kemudian Mu’awiyah di Tabuk, bersama ayahnya ia berusaha membunuh Nabi di puncak lembah Tabuk, tetapi Allah menyelamatkan beliau saw.

Kasus rencana pembunuhan keji terhadap Nabi saw. telah disebutkan Allah dalam Al Qur’an; Kitab Suci-Nya dengan firman-Nya:

وَ هَمُّوا بِما لَمْ يَنالُوا


“Dan mereka menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya.” (QS. At Taubah;74)[2]

Saat itu bersama Abu Sufyan dan Mu’awiyah beberapa orang lainnya jumlah mereka mencapai empat belas (14) orang, maka Nabi saw. melaknat mereka.

Dan sepulang dari peperangan Tabuk, Nabi saw. mengusir mereka yang telah berencana membunuh Nabi saw. dan termasuk mereka Abu Sufyan dan kedua putranya yaitu Mu’awiyah dan ‘Utbah! Riwayat tentang kejadian ini shahih.

Kemudian di masa kekhalifahan Utsman, Mu’awiyah bersungguh-sungguh dalam mengumpulkan harta dan menindas kaum Shalihin dan bertransaksi dengan sistem Riba.

Di masa kekhalifahan Ali, Mu’awiyah membunuh dua puluh lima (25) sahabat Badriyyun (yang ikut serta berjuang bersama Nabi dalam peperangan Badar memerangi kaum Musyrikun Mekkah_red) dan membunuh sekitar dua ratusan (200) sahabat Nabi saw. yang berbai’at kepada Nabi saw. dalam Bai’at Ridhwan… Mereka semua dibunuh Mu’awiyah ketika mereka membela Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam peperangan Shiffin menumpas pemberontakan yang dipimpin Mu’awiyah.

Kemudian di masa kekuasaannya, Mu’awiyah melaknati Ali dari atas mimbar-mimbar.

Ia menindas kaum Anshar.

Mencongkel kuburan Hamzah (paman Nabi saw. yang gugur syahid dalam perang Uhud yang kemudian dadanya dirobek dan jantungnya dikeluarkan dan dikunyah hingga lumat oleh Hindun ibu Mu’awiyah, karena itu Hindun digelari Akilatul Akbad/si pengunyah Jantung._red) dan memerintah salah seorang pekerjanya untuk memukul-mukul kaki Hamzah yang dalam perang Badar telah membuhun kakek Mu’awiyah, hingga akibat pukulan itu tersembur darinya darah segar.

Mu’awiyah (di masa kekuasaannya_red) bermaksud merusak mimbar Rasulullah saw. sebanyak dua kali, tetapi ia gagal karena di saat ia hendak merusaknya langit mendadak menjadi gelap gulita, maka ia ketakutan dan ia batalkan niat itu.

Ia pergi ke Abwa’ (di sana ibunda Nabi tercinta dikebumikan) untuk mencongkel kuburan ibunda Nabi saw. dan membuang jasadnya ke dalam sumur, lalu Allah menyiksanya dengan penyakit Lakwah yang mendadak menyerangnya, maka niatan itu tidak terlaksana.

Kemudian, di akhir hidupnya, terwujudlah apa yang disabdakan Nabi saw. bahwa: “Mu’awiyah akan mati tidak di atas agamaku.” Hadis ini shahih berdasarkan syarat Muslim. Dan Universitas Ummul Qura telah menshahihkan hadis ini.

(link: untuk mengkaji tentang Islamnya Mu’awiyah di sini: https://abusalafy.wordpress.com/2014/07/05/mazhab-salaf-shaleh-tentang-islamnya-muawiyah-bagian 9/)

Dan juga terealisasikan pada diri Mu’awiyah hadis Nabi saw. yang lain yaitu Hadis Dubailah. Mu’awiyah diserang penyakit kutukan yang namanya Dubailah yaitu semacam borok/luka yang besar yang menembus punggungnya hingga dada. Mu’awiyah tersiksa dengan penyakit ini selama setahun penuh sebelum kemudian ia mati. Dalam Shahih Muslim dari hadis riwayat Qais bin Ubadah dari Ammar:

“Delapan orang (dari kaum munafikin yang bermaksud membunuh Nabi di puncak bukit Aqabah) akan ditimpakan ke atas mereka Dubailah: api (penyakit kutukan) yang muncul pada punggung dan menembus ke dada-dada mereka.”

Ia tidak bisa mengenakan pakaian dalam sampai-sampai petugas istana menyiapkan baju dalam yang sangat lembut terbuat dari kulit bagian tertentu dari burung agar tidak membuat Mu’awiyah kesakitan ketika bergesekan dengan baju itu, tetapi kemudian baju itu memberatkan dan mengganggu Mu’awiyah. Dan ketika sakit itu menganas dan berlangsung lama, dokter pribadi Mu’awiyah (seorang Kristen) menasihatinya agar mengenakan kalung SALIB sebagai jimat untuk menagkal sakit dan agar ia berlepas diri dari agama Muhammad. Mu’awiyah pun mengikuti nasehat dokter itu, ia pakai kalung SALIB itu dan ia pun mati dengan megenakan kalung SALIB tersebut.

(Untuk mengkaji tentang hadis Dubailah dipersilahkan merujuk buku karya Syeikh Hasan yang dapat Anda baca dalam situs beliau)

Ia “ARCA/SESEMBAHAN” kalian yang mana dunia kalian penuhi dengan pujian atasnya. Andai tidak ada untuknya selain hadis Nabi saw.: ” Mu’awiyah mati di atas selain agamaku.” pastilah sudah cukup bukti kecaman atasnya. Hadis ini memotong semua perdebatan. Hadis ini para parawinya tsiqat/jujur dan terpercaya, kokoh dalam periwayatan. Sebagian mereka mendengar dari sebagian lainnya. Ia telah dishahihkan oleh sekelompok Ahli Hadis berdasarkan syarat Muslim. Di antara mereka adalah Muhaddis/Pakar Hadis Muhammad Azur al Makki dan Ibnu Aqil (Muhammad bin Aqil penulis kitab An-Nashaih_Al-Kafiyah )

____________________

[1] Dalam Al Qur’an surah al Masad Allah berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحيمِ

تَبَّتْ يَدا أَبي‏ لَهَبٍ وَ تَبَّ ما أَغْنى‏ عَنْهُ مالُهُ وَ ما كَسَبَ سَيَصْلى‏ ناراً ذاتَ لَهَبٍ وَ امْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ في‏ جيدِها حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ


“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.”

Ibnu Katsir berkata: “Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar” … dia adalah Ummu jamîl. Dan namanya adalah Arwâ binti Harb bin Umayyah. Dia adalah saudari Abu Sufyan. Ia membantu suaminya dalam kekafiran, penentangan dan pembangkangannya. Karena itu kelak di hari kiamat ia menjadi pembantu atas suaminya dalam siksa di dalam nereka Jahannam. Karena itu Allah berfirman: “Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” Yaitu ia akan membawa katu bakar lalu dilemparkan ke atas suaminya agar menambah siksa atas siksa yang ia terima. Ia disiapkan untuk itu.

“Yang di lehernya ada tali dari sabut.” Mujahid dan Urwah berrkata: “Dari sabut neraka.”

Tentang kebiasaan jahat bibi Mu’awiyah ini, Ibnu Katsir berkata: “Al Aufi dari Ibnu Abbas, dan Athiyyah al Jadali, adh Dhahhâk dan Ibnu Zaid berkata: ‘Dia (Ummu Jamîl) selalu meletakkan duri-duri di jalan yang biasa dilalui Rasulullah saw..”

Ibnu Jarîr berkata: “Ia menghina Nabi saw.dengan kemiskinan.”

Said bin Musayyib berkata: “Ia memiliki seuntai kalung yang sangat mahal, lalu ia berkata: ‘Aku akan sumbangkan kalung ini untuk permusuhan kepada Muhammad.”

Karena itu Allah mengganti kalung itu di akhirat dengan kalung dari sabut api neraka yang mengelilingi lehernya. (Lebih kanjut dipersilahkan merujuk Tafsir Ibnu Katsir,4/2088-2089). Dâr al Fikr. Beirut.

[2] Ibnu Katsir dan para Mufassir lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan firman Allah di atas adalah rencana sekelompok kaum munafikin untuk membunu Nabi saw. dengan menjatuhkan beliau saw. dari puncak tebing ke dalam jurang dalam perjalanan pulang dari peperangan Tabuk. Kisah itu sebagai berikut: Dalam perjalanan pulang dari peperangan Tabuk untuk melawan kaum Romawi di perbatasan wilayah kekuasaan kerajaan Romawi (sekarang di sekitar Yordania), sebuah tujuan yang sangat jauh dan ditempuh dalam waktu yang panjang… walaupun dalam perjalanan tersebut tidak terjadi pertempuran karena pasukan Romawi lari meninggalkan tempat tersebut setelah mendengar kedatangan Rasulullah saw. bersama pasukan Mujahidin, akan tetapi cukuplah kehadiran Rasulullah saw. dengan pasukannya yang gagah berani itu menanamkan rasa takut baik para pasukan Romawi maupun kabilah-kabilah yang mungkin berpikir untuk menyerang kaum Muslimin.

Dalam perjalanan pulang -yang sengaja ditempuh di waktu malam untuk menghindari sengatan panas musim panas yang sangat itu-, beliau memilih jalan khusus dengan melewati tebing sempit berbatu yang sisi kanan-kiri adalah jurang yang sangat dalam, dan meminta para sahabat untuk menempuh jalan lain. Beliau hanya ditemani oleh dua sahabat kepercayaan beliau yaitu Ammar bin Yasir -yang bertugas menuntut kuda beliau- dan Hudzaifah bin al Yaman –yang bertugas menggiring kuda dari belakang-. Di saat itu, sekelompok kaum munafikin -yang juga bergabung dalam pasukan- yang memang sudah merencakana rencana jahat untuk membunuh Rasulullah. Mereka tidak mengindahkan larangan Nabi saw. untuk tidak membuntuti beliau dan melewati jalan tebing itu, mereka menanti sehingga ketika Nabi saw. sudah berada punggung tebing itu mereka beramai-ramai memasuki jalan sempit itu dengan menggelindingkan kantung kulit besar yang telah diisi dengan batu-batu kelikil agar membuat panic kuda yang ditunggangi Rasulullah saw. dan dengan demikian beliau akan terjatuh ke dalam jurang berbatu itu…. Tetapi sebelum merela mendekat, Nabi saw. memerintahkan Hudzaifah untuk mengusir mereka. Segera setelah Hudzaifah berbalik ke arah mereka, Hudzaifah mengusir mereka sdan mereka pun mengira bahwa niatan jahat mereka telah terbongkar maka mereka pun melarikan diri untuk menyembunyikan jati diri mereka… Hudzaifah pun tidak bisa melihat dengan jelas wajah-wajah mereka karena disamping malam lumayan delap, mereka juga menggunakan tutup wajah…. Tetapi Hudzaifah mengenali kuda-kuda mereka… setelah Hudzaifah kembali menemui Rasulullah saw. beliau bertanya kepada Hudzaifah apakah ia mengenali mereka? Hudzaifah menjawab: “Tidak. Suasana gelap dan mereka menutup wajah-wajah mereka.” Nabi bersabda: “

هؤلاء المنافقون إلى يوم القيامة


“Mereka adalah orang-orang munafikik hingga hari kiamat.”

Kemudian beliau bertanya kepada Hudzaifah dan Ammar: “Tahukan kamu apa yang mereka inginkan?” mereka berdua menjawab: ”Tidak.” Nabi saw. menegaskan: “Mereka bermaksud mendesak dan mendorong kita di puncak tebing.”

Mereka berjumlah sekitar empat belas orang.

Dan setelah menyebutkan beberapa riwayat tentangnya Ibnu Katsir beerkata: “Dan yang membuktikan kebenaran kisah di atas adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya… (kemudian ia menyebutkan beberapa riwayat salah satunya adalah:

Nabi saw. bersabda:

في أصحابي إثنا عشر منافقون لا يدخلون الجنة ولا يجدون ريحها حتى يلج الجمل في سم الخياط ….


“Di antara para sahabatku ada dua belas orang munafik. Mereka tidak akan memasuki surga dan tidak akan pernah menciuam harum semerbak wewangiannya sehinggga unta memasuki lubang jarum. Delapan dari mereka akan dibinasakan dengan Dubailah yaitu api yang akan menyala-nyala pada punggung-punggung mereka dan menembus ke dada-dada mereka.” (Lebih lanjut dipersilhkan merujuk Tafsir Ibnu Katsir,2/866-867)

Dan Mu’awiyah di akhir hidupnya disiksa Allah dengan Dubailah tersebut. Allah siksa Mu’awiyah dengan luka yang memborok di punggungnya dan akhirnya menembus ke bagian dadanya …. Maka dengan demikian dapat dipastikan bahwa Mu’awiyah tterlibat dalam usaha pembunuhan Nabi saw. di ‘Aqabah (bukit) sepulang dari perang Tabuk.
Mazhab Salaf Shaleh Tentang Islamnya Mu’awiyah (Bagian:9) Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin! . Sahabat Abu Ayyûb al Anshâri Juga Menegaskan Bahwa Mu’awiyah bin Abu Suf...
abusalafy.wordpress.com
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar