Jumat, 14 Oktober 2016

Seluruh Imam mazdhab menolak aqidah wahabi

BERIKUT PENDAPAT SELURUH IMAM MADZHAB MENGENAI PENOLAKAN AQIDAH WAHABI SETAN NAJD YANG MENYESATKAN :

1- Imam Abu hanifah:

ﻻﻳﺸﺒﻪ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ ﻣﻦ ﺧﻠﻘﻪ ﻭﻻ ﻳﺸﺒﻬﻪ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺧﻠﻘﻪ

Maknanya : (Allah) tidak menyerupai sesuatu pun daripada makhlukNya, dan tidak ada sesuatu makhluk pun yang menyerupaiNya.Kitab Fiqh al Akbar, karangan Imam Abu Hanifah.

Berkata Imam Abu Hanifah :
“Dan kami ( ulama Islam ) mengakui bahawa Allah ta’ala ber istiwa atas Arasy tanpa Dia memerlukan kepada Arasy dan Dia tidak berada/menetap di atas Arasy, Dialah yg menjaga Arasy dan selain Arasy tanpa memerlukan Arasy, sekiranya dikatakan Allah memerlukan kepada yang lain, sudah pasti Dia tidak mampu mencipta dan tidak mampu mentadbirnya sepeti jua makhluk-makhluk, kalaulah Allah memerlukan sifat duduk dan bertempat maka sebelum dicipta Arasy dimanakah Dia? Maha suci Allah dari yang demikian”.

Amat jelas di atas bahwa akidah ulama Salaf sebenarnya yang telah dinyatakan oleh Imam Abu Hanifah adalah menafikan sifat bersemayam (duduk) Allah di atas Arasy. Semoga Mujassimah diberi hidayah
sebelum mati dengan mengucap dua kalimah syahadah kembali kepada Islam.

2-Imam Syafii:

ﺍﻧﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻛﺎﻥ ﻭﻻ ﻣﻜﺎﻥ ﻓﺨﻠﻖ ﺍﻟﻤﻜﺎﻥ ﻭﻫﻮ ﻋﻠﻰ ﺻﻔﺘﻪ ﺍﻷﺯﻟﻴﺔ ﻛﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻗﺒﻞ ﺧﻠﻘﻪ ﺍﻟﻤﻜﺎﻥ ﻻﻳﺠﻮﺯ ﻋﻠﻴﻪ :ﺍﻟﺘﻐﻴﻴﺮ

Sesungguhnya Dia Ta’ala ada (dari zaman azali) dan tempat (sewaktu) belum diciptanya (tempat), kemudian Allah menciptakan tempat dan Dia tetap dengan sifat-Nya yang azali itu sebagaimana sebelum terciptanya tempat, tidak mungkin Allah(mengalami) perubahan (dg butuh tempat). Dinuqilkan oleh Imam Al-Zabidi dalam kitabnya Ithaf al-Sadatil Muttaqin jilid 2 hal. 23

3-Imam Ahmad bin Hanbal :

- ﺍﺳﺘﻮﻯ ﻛﻤﺎ ﺍﺧﺒﺮ ﻻ ﻛﻤﺎ ﻳﺨﻄﺮ ﻟﻠﺒﺸﺮ

Maknanya: Dia (Allah) istawa sepertimana Dia khabarkan (di dalam al Quran), bukannya seperti yang terlintas di fikiran manusia.
Dinuqilkan oleh Imam al-Rifa’i dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, dan juga al-Husoni dalam kitabnya Dafu’ syubh man syabbaha Wa Tamarrad.

ﻭﻣﺎ ﺍﺷﺘﻬﺮ ﺑﻴﻦ ﺟﻬﻠﺔ ﺍﻟﻤﻨﺴﻮﺑﻴﻦ ﺍﻟﻰ ﻫﺬﺍ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﺍﻟﻤﺠﺘﻬﺪ ﻣﻦ ﺃﻧﻪ -ﻗﺎﺋﻞ ﺑﺸﻰﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻬﺔ ﺃﻭ ﻧﺤﻮﻫﺎ ﻓﻜﺬﺏ ﻭﺑﻬﺘﺎﻥ ﻭﺍﻓﺘﺮﺍﺀ ﻋﻠﻴﻪ

Maknanya: dan apa yang telah masyhur di kalangan orang-orang jahil yang menisbahkan diri mereka pada Imam Mujtahid ini ( Ahmad bin Hanbal ) bahwa dia ada mengatakan tentang (Allah) berada di arah atau seumpamanya, maka itu adalah pendustaan dan kepalsuan ke atasnya (Imam Ahmad) Kitab Fatawa Haditsiah karangan Ibn Hajar al- Haitami

4- Imam Malik :

ﺍﻻﺳﺘﻮﺍﺀ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻤﺠﻬﻮﻝ ﻭﺍﻟﻜﻴﻒ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻤﻌﻘﻮﻝ ﻭﺍﻻﻳﻤﺎﻥ ﺑﻪ ﻭﺍﺟﺐ ﻭ ﺍﻟﺴﺆﺍﻝ ﺑﺪﻋﺔ ﻋﻨﻪ

Maknanya: Kalimah istiwa’ tidak majhul (diketahui dalam al quran) dan kaif (bentuk) tidak diterima akal, dan iman dengannya wajib, dan bertanya tentangnya (bagaimana istiwanya Allah) adl bid’ah (dlolalah) . lihat disini: imam malik hanya menulis kata istiwa (ﺀﺍﻮﺘﺳﻻ) bukan memberikan makna dhahir jalasa atau duduk atau bersemayam atau bertempat (istiqrar)

Kesimpulan:

dengan memperhatikan fatwa ke 4 imam madzhab Ahlussunnah wal jama’ah di atas, maka jelas aqidah mereka adalah aqidah yg benar dan lurus, menolak tajsim dan menolak pemberian sifat yang seperti
makhluk-Nya seperti bertempat atau ada di arah tertentu.

Allah sudah ada sejak zaman azali (zaman sebelum terciptanya seluruh makhluk) dan kelak Allah tetap ada saat kiamat (zaman musnahnya seluruh makhluk), maka bisa kita pahami di zaman azali dan saat kiamat, langit dan arsy tidak ada, dan Allah tetap ada, mustahil bagi

Allah mempunyai sifat butuh terhadap makhluk, seperti butuh tempat yaitu ‘Arsy, kalau Allah butuh tempat, maka tdk bisa disebut Tuhan, karena dg butuh akan tempat menunjukkan Dia lemah, dan mustahil Tuhan bersifat lemah. semoga kita semua selalu dalam aqidah yang benar dan lurus, tidak sampai terpengaruh dg aqidah sesat mujassimah wahhaby yg menganggap Allah bertempat di atas ‘Arsy atau bertempat di atas langit. karena aqidah ini aqidah sesat, sangat mustahil langit dan Arsy yg merupakan makhluk Allah yg kecil dan terbatas (bagi Allah) menjadi tempat Dzat Yang Maha Besar, Yang Ke-besar-an-Nya tidak terbatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar