Selasa, 10 Februari 2015

Al-Albani Akui Kesohihan Hadits Keutamaan Malam Nisfu Sya'ban



Ulama Wahabi banyak menilai hadis-hadis Nishfu Sya’ban adalah hadis dlaif atau palsu. Seperti kata Syaikh Utsaimin:

الصَّحِيْحُ أَنَّ جَمِيْعَ مَا وَرَدَ فَضْلَ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ضَعِيْفٌ لَا تَقُوْمُ بِهِ حُجَّةٌ وَمِنْهَا أَشْيَاءٌ مَوْضُوْعَةٌ (لقاءات الباب المفتوح - ج 115 / ص 18)

“Pendapat yang benar bahwa semua hadis yang menjelaskan keutamaan malam Nishfu Sya’ban adalah hadis dlaif, tidak bisa dijadikan hujjah. Sebagiannya adalah hadis palsu” (Liqaat al-Bab al-Maftuh 115/18)

Begitu pula Syaikh Bin Baz melalui Fomisi Fatwa:

وَبِالْجُمْلَةِ فَإِنَّهُ لَمْ يَصِحَّ شَيْءٌ مِنَ الْأَحَادِيْثِ الَّتِي وَرَدَتْ فِي فَضِيْلَةِ إِحْيَاءِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَصَوْمِ يَوْمِهَا عِنْدَ الْمُحَقِّقِيْنَ مِنْ عُلَمَاءِ الْحَدِيْثِ (فتاوى اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء – ج 4 / ص 279)

“Secara umum, tidak ada sedikitpun hadis sahih yang menjelaskan keutamaan menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dan puasa siang harinya, menurut ulama ahli tahqiq dari kalangan ahli hadis” (Fatawa al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta’ 4/279)

Benarkah pernyataan kedua ulama ini? Bagaimana dengan hadis berikut:

" يَطَّلِعُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ " . أخرجه ابن حبان برقم 5665 ، والطبراني في الكبير برقم 215، وأبو نعيم في الحلية، 5/191، والبيهقي في شعب الإيمان برقم 6628

“Allah melihat makhluknya dengan penuh rahmat di malam Nishfu Sya’ban. Maka Allah akan mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik ada orang yang bermusuhan” (HR Ibnu Hibban No 5665, ath-Thabrani dalam al-Kabir No 215, Abu Nuaim dalam al-Hilyah 5/191 dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman No 6628)

Bagaimana pendapat ahli hadis Wahabi? Syaikh Albani berkata:

قَالَ الْأَلْبَانِي فِي " السِّلْسِلَةِ الصَّحِيْحَةِ " 3 / 135 : حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ ، رُوِيَ عَنْ جَمَاعَةٍ مِنَ الصَّحَابَةِ مِنْ طُرُقٍ مُخْتَلِفَةٍ يَشُدُّ بَعْضُهَا بَعْضًا وَهُمْ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ وَأَبُوْ ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِي وَعَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو وَأَبُوْ مُوْسَى الْأَشْعَرِي وَأَبُوْ هُرَيْرَةَ وَأَبُوْ بَكْرِ الصِّدِّيْقُ وَعَوْفُ بْنُ مَالِكٍ وَعَائِشَةُ .

“Ini adalah HADIS SAHIH. Diriwayatkan dari banyak sahabat dengan jalur riwayat yang berbeda-beda, yang saling menguatkan. Mereka adalah Muadz bin Jabal, Abu Tsa’labah al-Khusyani, Abdullah bin Amr, Abu Musa al-Asy’ari, Abu Hurairah, Abu Bakar ash-Shiddiq, Auf bin Malik dan Aisyah” (as-Silsilah ash-Shahihah 3/135)

Di hadis sahih ini jelas Allah memberi keutamaan khusus yang berbeda dengan malam-malam yang lain, yakni “Allah melihat makhluknya dengan penuh rahmat”. Kemudian Allah akan memberi ampunan. Apakah orang yang di malam Nishfu Sya’ban berdoa bersama meminta ampunan disebut bid’ah?

Bagi pengikut Wahabi lebih percaya Syaikh Albani atau Syaikh Utsaimin-Bin Baz?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar