Selasa, 10 Februari 2015

'Irab Hadis Man ahkdasa fi amrina

‎SALAFI WAHABI SANG PENDEKAR BID'AH.

Siapakah yang sesat ??
Tentang bi’dah, PENTING..!!
ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
Benarkah hadits ini bermakna :
“ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada
perintahnya, maka ia tertolak “
Simak pembahasannya di sini pakai ilmu (bukan pakai
nafsu)…
Ditinjau dari sisi ilmu lughoh :
- I’rab nahwunya :
ﻣﻦ : adalaha isim syart wa jazm mabniyyun ‘alas sukun fi
mahalli rof’in mubtada’ wa khobaruhu aljumlatus
syartiyyah ba’dahu.
ﺍﺣﺪﺙ : Fi’il madhi mabniyyun ‘alal fathah fii mahalli jazmin
fi’lu syarth wal fa’il mustatir jawazan taqdiruhu huwa.
ﻓﻲ : Harfu jar
ﺍﻣﺮﻧﺎ : majrurun bi fii wa lamatu jarrihi alkasrah, wa naa
dhomirun muttashil mabnyyyun ‘alas sukun fii mahlli
jarring mudhoofun ilaihi
ﻫﺬﺍ : isim isyarah mabniyyun alas sukun fi mahalli jarrin
sifatun liamrin
ﻣﺎ : isim mabniy fii mahhli nashbin maf’ul bih
ﻟﻴﺲ : Fi’il madhi naqish yarfa’ul isma wa yanshbul khobar,
wa ismuha dhomir mustatir jawazan taqdiruhu huwa
ﻣﻨﻪ : min harfu jarrin wa hu dhomir muttashil mabniyyun
alad dhommi wahuwa littab’iidh
ﻓﻬﻮ : al-faa jawab syart. Huwa dhomir muttashil
mabniyyun alal fathah fi mahalli rof’in mubtada
ﺭﺩ : khobar mubtada marfuu’un wa alamatu rof’ihi
dhommatun dzhoohirotun fi aakhirihi. Wa umlatul
mubtada wa khobaruhu fi mahalli jazmin jawabus syarth.
Dari uraian sisi nahwunya maka bermakna :” Barangsiapa
yang melakukan perkara baru dalam urusan kami yaitu
urusan syare’at kami yang bukan termasuk darinya, tidak
sesuai dengan al-Quran dan hadits, maka perkara baru
itu ditolak “
Makna tsb sesuai dengan statement imam Syafi’i yang
sudah masyhur :
ﻣﺎ ﺃﺣﺪﺙ ﻭﺧﺎﻟﻒ ﻛﺘﺎﺑﺎ ﺃﻭ ﺳﻨﺔ ﺃﻭ ﺇﺟﻤﺎﻋﺎ ﺃﻭ ﺃﺛﺮﺍ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺍﻟﻀﺎﻟﺔ، ﻭﻣﺎ
ﺃﺣﺪﺙ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﻟﻢ ﻳﺨﺎﻟﻒ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺍﻟﻤﺤﻤﻮﺩﺓ
“ Perkara baru yang menyalahi al-Quran, sunnah, ijma’
atau atsan maka itu adalah bid’ah dholalah / sesat. Dan
perkara baru yang baik yang tidak menyalahi dari itu
semua adalah bid’ah mahmudah / baik “
- Istidlal ayatnya (Pengambilan dalil dari Qurannya) :
ﻭﺟﻌﻠﻨﺎ ﻓﻲ ﻗﻠﻮﺏ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﺗﺒﻌﻮﻩ ﺭﺃﻓﺔ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﻭﺭﻫﺒﺎﻧﻴﺔ ﺍﺑﺘﺪﻋﻮﻫﺎ ﻣﺎ ﻛﺘﺒﻨﺎﻫﺎ
ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺇﻟﺎ ﺍﺑﺘﻐﺎﺀ ﺭﺿﻮﺍﻥ ﺍﻟﻠﻪ
“Dan Kami (Allah) jadikan dalam hati orang-orang yang
mengikutinya (Nabi ‘Isa) rasa santun dan kasih sayang,
dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal
Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi
(mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk
mencari keridhaan Allah” (Q.S. al-Hadid: 27)
- Istidlal haditsnya (pengambilan dalil dari haditsnya) :
ﻣﻦ ﺳﻦ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺳﻨﺔ ﺣﺴﻨﺔ ﻓﻠﻪ ﺃﺟﺮﻫﺎ ﻭﺃﺟﺮ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ
ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﺟﻮﺭﻫﻢ ﺷﻰﺀ، ﻭﻣﻦ ﺳﻦ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺳﻨﺔ ﺳﻴﺌﺔ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺯﺭﻫﺎ
ﻭﻭﺯﺭ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ ﻣﻦ ﺑﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﻭﺯﺍﺭﻫﻢ ﺷﻰﺀ
“Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam
sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari
perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang
melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa
berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang
siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka
baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari
orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya
tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun”. (HR.
Muslim)
- Balaghoh :
Dalam hadits tsb memiliki manthuq dan mafhumnya :
Manthuqnya “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang
tidak bersumber dari syareat, maka dia tertolak “,
misalnya sholat dengan bhsa Indonesia, mengingkari
taqdir, mengakfir-kafirkan orang, bertafakkur dengan
memandang wajah wanita cantik dll.
Mafhumnya : “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang
bersumber dari syareat, maka itu diterima “ Contohnya
sangat banyak skali sprti pembukuan Al-Quran,
pemberian titik al-Quran, mauled, tahlilan, khol, sholat
trawikh berjama’ah dll.
Berangkat dari pemahaman ini, sahabt Umar berkata saat
mengkumpulkan orang-orang ungtuk melakukan sholat
terawikh berjama’ah :
ﻧﻌﻤﺖ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻫﺬﻩ “ Inilah sebaik-baik bid’ah “
Dan juga berkata sahabat Abu Hurairah Ra :
ﻓﻜﺎﻥ ﺧﺒﻴﺐ ﺃﻭﻝ ﻣﻦ ﺳﻦ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻘﺘﻞ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ )
“Khubaib adalah orang yang pertama kali merintis shalat
ketika akan dibunuh”.
(HR. al-Bukhari dalam kitab al-Maghazi, Ibn Abi Syaibah
dalam kitab al-Mushannaf) ﺯ
Jika semua perkara baru itu buruk, maka sahabat2 tsb
tidak akan berkata demikian.
Nah sekarang kita cermati makna hadits di atas dari
wahhabi salafi :
ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
Hadits ini mereka artikan :
Pertama : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru dalam
agama, maka ia tertolak “
Jika mreka mngartikan demikian, maka mereka sengaja
membuang kalimat MAA LAITSA MINHU-nya (Yang
bersumber darinya). Maka haditsnya menjadi : ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ
ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
Kedua : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak
ada perintahnya, maka ia tertolak “
Jika merka mngartikan seperti itu, berarti merka dengan
sengaja telah merubah makna hadits MAA LAITSA MINHU-
nya MENJADI MAA LAITSA MA-MUURAN BIHI (Yang tidak ada
perintahnya). Maka haditsnya menjadi : ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ
ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﺄﻣﻮﺭﺍ ﺑﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
Sungguh ini sebuah distorsi dalam makna hadits dan
sebuah pengelabuan pada umat muslim.
Jika mereka menentang dan berdalih : “ Bukankah Rasul
Saw telah memuthlakkan bahwa semua bid’ah adalah
sesat, ini dalilnya :
ﻭﺇﻳﺎﻛﻢ ﻭﻣﺤﺪﺛﺎﺕ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﻓﺈﻥ ﻛﻞ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ )ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ
ﺩﺍﻭﺩ
Maka kita jawab : Hadits tsb adalah ‘Aam Makhsus
(lafadznya umum namun dibatasi) dgn bukti banyak dalil
yang menjelaskannya sprti hadits 2 sahabat di atas.
Maksud hadits tsb adalah setiap perkara baru yang
brtentangan dgn al-quran dan hadits.
Perhatikan hadits riwayat imam Bukhori berikut :
ﺃﺷﺎﺭ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻋﻤﺮ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ
ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺑﺠﻤﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﻲ ﺻﺤﻒ ﺣﻴﻦ ﻛﺜﺮ ﺍﻟﻘﺘﻞ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻓﻲ
ﻭﻗﻌﺔ ﺍﻟﻴﻤﺎﻣﺔ ﻓﺘﻮﻗﻒ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻭﻗﺎﻝ": ﻛﻴﻒ ﻧﻔﻌﻞ ﺷﻴﺌﺎ ﻟﻢ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ
ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ؟"
ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﻋﻤﺮ": ﻫﻮ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺧﻴﺮ". ﻓﻠﻢ ﻳﺰﻝ ﻋﻤﺮ ﻳﺮﺍﺟﻌﻪ ﺣﺘﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﺪﺭﻩ
ﻟﻪ ﻭﺑﻌﺚ ﺇﻟﻰ ﺯﻳﺪ ﺍﺑﻦ ﺛﺎﺑﺖ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻓﻜﻠﻔﻪ ﺑﺘﺘﺒﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﺟﻤﻌﻪ ﻗﺎﻝ
ﺯﻳﺪ": ﻓﻮﺍﻟﻠﻪ ﻟﻮ ﻛﻠﻔﻮﻧﻲ ﻧﻘﻞ ﺟﺒﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺒﺎﻝ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺃﺛﻘﻞ ﻋﻠﻲ ﻣﻤﺎ ﻛﻠﻔﻨﻲ ﺑﻪ ﻣﻦ
ﺟﻤﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ". ﻗﺎﻝ ﺯﻳﺪ": ﻛﻴﻒ ﺗﻔﻌﻠﻮﻥ ﺷﻴﺌﺎ ﻟﻢ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ". ﻗﺎﻝ": ﻫﻮ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺧﻴﺮ" ﻓﻠﻢ ﻳﺰﻝ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻳﺮﺍﺟﻌﻨﻲ ﺣﺘﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻠﻪ
ﺻﺪﺭﻱ ﻟﻠﺬﻱ ﺷﺮﺡ ﻟﻪ ﺻﺪﺭ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ .
“ Umar bin Khothtob member isayarat kpd Abu Bakar Ash-
Shiddiq untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu
mushaf ktika melihat banyak sahabat penghafal quran
telah gugur dalam perang yamamah. Tapi Abu Bakar diam
dan berkata “ Bagaimana aku melakukan sesuatu yang
tidak dilakukan oleh Rasul Saw ?” MaKA Umar menjawab “
Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Beliau selalu
mengulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadanya.
Kmudian Abu bakar memrintahkan Zaid bin Tsabit untuk
mengumpulkan Al-Quran, maka Zaid berkata “ Demi Allah
aku telah terbebani untuk memindah gunjung ke satu
gunung lainnya, bagaimana aku melakukan suatu hal
yang Rasul Saw tdiak melakukannya ?” maka Abu bakar
mnjawab “ Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Abu bakar
trus mngulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadaku
sbgaimana Allah telah melapangkan dada Umar dan Abu
Bakar “.
Coba perhatikan ucapan Umar dan Abu Bakar “ Demi Allah
ini suatu hal yang baik “, ini menunjukkan bahwasanya
Nabi Saw tidak melakukan semua hal yang baik, sehingga
merka mngatakan Rasul Saw tidak pernah melakukannya,
namun bukan berarti itu buruk.
Jika merka mengatakan sahabat Abdullah bin Umar telah
berkata :
ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ ﻭﺇﻥ ﺭﺁﻫﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺣﺴﻨﺔ
“ Setiap bid’ah itu sesat walaupun orang-orang
menganggapnya baik “.
Maka kita jawab :
Itu memang benar, maksudnya adalah segala bid’ah
tercela itu sesat walaupun orang-orang menganggapnya
baik. Contohnhya bertaqarrub pd Allah dengan
mndengarkan lagu dangdutan..
Jika sahabat Abdullah bin Umar memuthlakkan bahwa
semua bid’ah itu sesat tanpa trkecuali walaupun orang2
mengangaapnya baik, lalu kenapa juga beliau pernah
berkata :
ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻧﻌﻤﺖ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ “ Itu bid’ah dan sebaik-baik bid’ah “
Saat beliau ditanya tentang sholat dhuha. Lebih
lengkapnya :
ﻋﻦ ﺍﻷﻋﺮﺝ ﻗﺎﻝ : ﺳﺄﻟﺖ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻋﻦ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻀﺤﻰ ﻓﻘﺎﻝ": ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻧﻌﻤﺖ
ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ
“ Dari A’raj berkata “ Aku bertanya kepada Ibnu Umar
tentang sholat dhuha, maka beliau menjawab “ Itu bid’ah
dan sebaik-baik bid’ah “.
Apakah pantas seorang sahabat sprti Abdullah bin Umar
tidak konsisten dalam ucapannya alias pllin-plan ??
sungguh sangat jauh dr hal itu.
KESIMPULAN :
- Cara membedakan bid’ah dholalah dan bid’ah hasanah
adalah :
ﻭﺍﻟﺘﻤﻴﻴﺰ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺴﻴﺌﺔ ﺑﻤﻮﺍﻓﻘﺔ ﺃﺻﻮﻝ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻭﻋﺪﻣﻬﺎ
“ Dengan sesuai atau tidaknya dengan pokok-pokok
syare’at “.
- Orang yang mengartikan hadits :
ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
Dengan : “ Bar angsiapa yang melakuakn hal baru maka
itu tertolak “ atau “ Brangsiapa yang melakukan hal baru
tanpa ada perintahnya maka ia tertolak “.
Orang yang mengartikan seperti itu, berarti ia telah
berbuat bid’ah dholalah / sesat, akrena tidak ada
dasarnya sama sekali baik dari Al-Quran, hadits maupun
atsarnya..Dan telah sengaja merubah makna hadits Nabi
Saw tersebut..dan kita tahu apa sangksi bagi orang yang
telah berdusta atas nama Nabi Saw..Naudzu billahi min
dzaalik..
------------------------------------------------------------------------
Semoga bermanfaat bagi yang ingin mencari kebenaran
dan bagi yang ingin mencari pembenaran SILAHKAN
BANTAH DG ILMU......‎ SALAFI WAHABI SANG PENDEKAR BID'AH.

Siapakah yang sesat ??
Tentang bi’dah, PENTING..!!

ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ

Benarkah hadits ini bermakna :
“ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada perintahnya, maka ia tertolak “

Simak pembahasannya di sini pakai ilmu (bukan pakai nafsu)…

Ditinjau dari sisi ilmu lughoh :
- I’rab nahwunya :
ﻣﻦ : adalaha isim syart wa jazm mabniyyun ‘alas sukun fi
mahalli rof’in mubtada’ wa khobaruhu aljumlatus
syartiyyah ba’dahu.
ﺍﺣﺪﺙ : Fi’il madhi mabniyyun ‘alal fathah fii mahalli jazmin
fi’lu syarth wal fa’il mustatir jawazan taqdiruhu huwa.
ﻓﻲ : Harfu jar
ﺍﻣﺮﻧﺎ : majrurun bi fii wa 'alamatu jarrihi alkasrah, wa naa
dhomirun muttashil mabnyyyun ‘alas sukun fii mahlli
jarrin mudhoofun ilaihi
ﻫﺬﺍ : isim isyarah mabniyyun alas sukun fi mahalli jarrin
sifatun liamrin
ﻣﺎ : isim mabniy fii mahhli nashabin maf’ul bih
ﻟﻴﺲ : Fi’il madhi naqish yarfa’ul isma wa yanshbul khobar,
wa ismuha dhomir mustatir jawazan taqdiruhu huwa
ﻣﻨﻪ : min harfu jarrin wa hu dhomir muttashil mabniyyun
alad dhommi wahuwa littab’iidh
ﻓﻬﻮ : al-faa jawab syart. Huwa dhomir muttashil
mabniyyun alal fathah fi mahalli rof’in mubtada
ﺭﺩ : khobar mubtada marfuu’un wa alamatu rof’ihi
dhommatun dzhoohirotun fi aakhirihi. Wa umlatul
mubtada wa khobaruhu fi mahalli jazmin jawabus syarth.
Dari uraian sisi nahwunya maka bermakna :” Barangsiapa
yang melakukan perkara baru dalam urusan kami yaitu
urusan syare’at kami yang bukan termasuk darinya, tidak
sesuai dengan al-Quran dan hadits, maka perkara baru
itu ditolak “

Makna tsb sesuai dengan statement imam Syafi’i yang
sudah masyhur :
ﻣﺎ ﺃﺣﺪﺙ ﻭﺧﺎﻟﻒ ﻛﺘﺎﺑﺎ ﺃﻭ ﺳﻨﺔ ﺃﻭ ﺇﺟﻤﺎﻋﺎ ﺃﻭ ﺃﺛﺮﺍ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺍﻟﻀﺎﻟﺔ، ﻭﻣﺎ
ﺃﺣﺪﺙ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﻟﻢ ﻳﺨﺎﻟﻒ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺍﻟﻤﺤﻤﻮﺩﺓ
“ Perkara baru yang menyalahi al-Quran, sunnah, ijma’
atau atsan maka itu adalah bid’ah dholalah / sesat. Dan
perkara baru yang baik yang tidak menyalahi dari itu
semua adalah bid’ah mahmudah / baik “
- Istidlal ayatnya (Pengambilan dalil dari Qurannya) :
ﻭﺟﻌﻠﻨﺎ ﻓﻲ ﻗﻠﻮﺏ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﺗﺒﻌﻮﻩ ﺭﺃﻓﺔ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﻭﺭﻫﺒﺎﻧﻴﺔ ﺍﺑﺘﺪﻋﻮﻫﺎ ﻣﺎ ﻛﺘﺒﻨﺎﻫﺎ
ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺇﻟﺎ ﺍﺑﺘﻐﺎﺀ ﺭﺿﻮﺍﻥ ﺍﻟﻠﻪ
“Dan Kami (Allah) jadikan dalam hati orang-orang yang
mengikutinya (Nabi ‘Isa) rasa santun dan kasih sayang,
dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal
Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi
(mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk
mencari keridhaan Allah” (Q.S. al-Hadid: 27)
- Istidlal haditsnya (pengambilan dalil dari haditsnya) :
ﻣﻦ ﺳﻦ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺳﻨﺔ ﺣﺴﻨﺔ ﻓﻠﻪ ﺃﺟﺮﻫﺎ ﻭﺃﺟﺮ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ
ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﺟﻮﺭﻫﻢ ﺷﻰﺀ، ﻭﻣﻦ ﺳﻦ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺳﻨﺔ ﺳﻴﺌﺔ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺯﺭﻫﺎ
ﻭﻭﺯﺭ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ ﻣﻦ ﺑﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﻭﺯﺍﺭﻫﻢ ﺷﻰﺀ
“Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam
sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari
perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang
melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa
berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang
siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka
baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari
orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya
tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun”. (HR.
Muslim)

- Balaghoh :
Dalam hadits tsb memiliki manthuq dan mafhumnya :
Manthuqnya “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang
tidak bersumber dari syareat, maka dia tertolak “,
misalnya sholat dengan bhsa Indonesia, mengingkari
taqdir, mengakfir-kafirkan orang, bertafakkur dengan
memandang wajah wanita cantik dll.
Mafhumnya : “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang
bersumber dari syareat, maka itu diterima “ Contohnya
sangat banyak skali sprti pembukuan Al-Quran,
pemberian titik al-Quran, mauled, tahlilan, khol, sholat
trawikh berjama’ah dll.
Berangkat dari pemahaman ini, sahabt Umar berkata saat
mengkumpulkan orang-orang ungtuk melakukan sholat
terawikh berjama’ah :
ﻧﻌﻤﺖ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻫﺬﻩ “ Inilah sebaik-baik bid’ah “
Dan juga berkata sahabat Abu Hurairah Ra :
ﻓﻜﺎﻥ ﺧﺒﻴﺐ ﺃﻭﻝ ﻣﻦ ﺳﻦ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻘﺘﻞ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ )
“Khubaib adalah orang yang pertama kali merintis shalat
ketika akan dibunuh”.
(HR. al-Bukhari dalam kitab al-Maghazi, Ibn Abi Syaibah
dalam kitab al-Mushannaf) ﺯ
Jika semua perkara baru itu buruk, maka sahabat2 tsb
tidak akan berkata demikian.
Nah sekarang kita cermati makna hadits di atas dari
wahhabi salafi :
ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
Hadits ini mereka artikan :
Pertama : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru dalam
agama, maka ia tertolak “
Jika mreka mngartikan demikian, maka mereka sengaja
membuang kalimat MAA LAITSA MINHU-nya (Yang
bersumber darinya). Maka haditsnya menjadi : ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ
ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
Kedua : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak
ada perintahnya, maka ia tertolak “
Jika merka mngartikan seperti itu, berarti merka dengan
sengaja telah merubah makna hadits MAA LAITSA MINHU-
nya MENJADI MAA LAITSA MA-MUURAN BIHI (Yang tidak ada
perintahnya). Maka haditsnya menjadi : ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ
ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﺄﻣﻮﺭﺍ ﺑﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
Sungguh ini sebuah distorsi dalam makna hadits dan
sebuah pengelabuan pada umat muslim.
Jika mereka menentang dan berdalih : “ Bukankah Rasul
Saw telah memuthlakkan bahwa semua bid’ah adalah
sesat, ini dalilnya :
ﻭﺇﻳﺎﻛﻢ ﻭﻣﺤﺪﺛﺎﺕ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﻓﺈﻥ ﻛﻞ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ )ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ
ﺩﺍﻭﺩ
Maka kita jawab : Hadits tsb adalah ‘Aam Makhsus
(lafadznya umum namun dibatasi) dgn bukti banyak dalil
yang menjelaskannya sprti hadits 2 sahabat di atas.
Maksud hadits tsb adalah setiap perkara baru yang
brtentangan dgn al-quran dan hadits.
Perhatikan hadits riwayat imam Bukhori berikut :
ﺃﺷﺎﺭ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻋﻤﺮ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ
ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺑﺠﻤﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﻲ ﺻﺤﻒ ﺣﻴﻦ ﻛﺜﺮ ﺍﻟﻘﺘﻞ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻓﻲ
ﻭﻗﻌﺔ ﺍﻟﻴﻤﺎﻣﺔ ﻓﺘﻮﻗﻒ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻭﻗﺎﻝ": ﻛﻴﻒ ﻧﻔﻌﻞ ﺷﻴﺌﺎ ﻟﻢ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ
ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ؟"
ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﻋﻤﺮ": ﻫﻮ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺧﻴﺮ". ﻓﻠﻢ ﻳﺰﻝ ﻋﻤﺮ ﻳﺮﺍﺟﻌﻪ ﺣﺘﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﺪﺭﻩ
ﻟﻪ ﻭﺑﻌﺚ ﺇﻟﻰ ﺯﻳﺪ ﺍﺑﻦ ﺛﺎﺑﺖ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻓﻜﻠﻔﻪ ﺑﺘﺘﺒﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﺟﻤﻌﻪ ﻗﺎﻝ
ﺯﻳﺪ": ﻓﻮﺍﻟﻠﻪ ﻟﻮ ﻛﻠﻔﻮﻧﻲ ﻧﻘﻞ ﺟﺒﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺒﺎﻝ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺃﺛﻘﻞ ﻋﻠﻲ ﻣﻤﺎ ﻛﻠﻔﻨﻲ ﺑﻪ ﻣﻦ
ﺟﻤﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ". ﻗﺎﻝ ﺯﻳﺪ": ﻛﻴﻒ ﺗﻔﻌﻠﻮﻥ ﺷﻴﺌﺎ ﻟﻢ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ". ﻗﺎﻝ": ﻫﻮ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺧﻴﺮ" ﻓﻠﻢ ﻳﺰﻝ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻳﺮﺍﺟﻌﻨﻲ ﺣﺘﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻠﻪ
ﺻﺪﺭﻱ ﻟﻠﺬﻱ ﺷﺮﺡ ﻟﻪ ﺻﺪﺭ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ .
“ Umar bin Khothtob member isayarat kpd Abu Bakar Ash-
Shiddiq untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu
mushaf ktika melihat banyak sahabat penghafal quran
telah gugur dalam perang yamamah. Tapi Abu Bakar diam
dan berkata “ Bagaimana aku melakukan sesuatu yang
tidak dilakukan oleh Rasul Saw ?” MaKA Umar menjawab “
Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Beliau selalu
mengulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadanya.
Kmudian Abu bakar memrintahkan Zaid bin Tsabit untuk
mengumpulkan Al-Quran, maka Zaid berkata “ Demi Allah
aku telah terbebani untuk memindah gunjung ke satu
gunung lainnya, bagaimana aku melakukan suatu hal
yang Rasul Saw tdiak melakukannya ?” maka Abu bakar
mnjawab “ Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Abu bakar
trus mngulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadaku
sbgaimana Allah telah melapangkan dada Umar dan Abu
Bakar “.
Coba perhatikan ucapan Umar dan Abu Bakar “ Demi Allah
ini suatu hal yang baik “, ini menunjukkan bahwasanya
Nabi Saw tidak melakukan semua hal yang baik, sehingga
merka mngatakan Rasul Saw tidak pernah melakukannya,
namun bukan berarti itu buruk.
Jika merka mengatakan sahabat Abdullah bin Umar telah
berkata :
ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ ﻭﺇﻥ ﺭﺁﻫﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺣﺴﻨﺔ
“ Setiap bid’ah itu sesat walaupun orang-orang
menganggapnya baik “.
Maka kita jawab :
Itu memang benar, maksudnya adalah segala bid’ah
tercela itu sesat walaupun orang-orang menganggapnya
baik. Contohnhya bertaqarrub pd Allah dengan
mndengarkan lagu dangdutan..
Jika sahabat Abdullah bin Umar memuthlakkan bahwa
semua bid’ah itu sesat tanpa trkecuali walaupun orang2
mengangaapnya baik, lalu kenapa juga beliau pernah
berkata :
ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻧﻌﻤﺖ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ “ Itu bid’ah dan sebaik-baik bid’ah “
Saat beliau ditanya tentang sholat dhuha. Lebih
lengkapnya :
ﻋﻦ ﺍﻷﻋﺮﺝ ﻗﺎﻝ : ﺳﺄﻟﺖ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻋﻦ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻀﺤﻰ ﻓﻘﺎﻝ": ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻧﻌﻤﺖ
ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ
“ Dari A’raj berkata “ Aku bertanya kepada Ibnu Umar
tentang sholat dhuha, maka beliau menjawab “ Itu bid’ah
dan sebaik-baik bid’ah “.
Apakah pantas seorang sahabat sprti Abdullah bin Umar
tidak konsisten dalam ucapannya alias pllin-plan ??
sungguh sangat jauh dr hal itu.

KESIMPULAN :
- Cara membedakan bid’ah dholalah dan bid’ah hasanah
adalah :
ﻭﺍﻟﺘﻤﻴﻴﺰ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺴﻴﺌﺔ ﺑﻤﻮﺍﻓﻘﺔ ﺃﺻﻮﻝ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻭﻋﺪﻣﻬﺎ
“ Dengan sesuai atau tidaknya dengan pokok-pokok
syare’at “.
- Orang yang mengartikan hadits :
ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
Dengan : “ Bar angsiapa yang melakuakn hal baru maka
itu tertolak “ atau “ Brangsiapa yang melakukan hal baru
tanpa ada perintahnya maka ia tertolak “.
Orang yang mengartikan seperti itu, berarti ia telah
berbuat bid’ah dholalah / sesat, akrena tidak ada
dasarnya sama sekali baik dari Al-Quran, hadits maupun
atsarnya..Dan telah sengaja merubah makna hadits Nabi
Saw tersebut..dan kita tahu apa sangksi bagi orang yang
telah berdusta atas nama Nabi Saw..Naudzu billahi min
dzaalik..
------------------------------------------------------------------------
Semoga bermanfaat bagi yang ingin mencari kebenaran
dan bagi yang ingin mencari pembenaran SILAHKAN BANTAH DG ILMU......

شُكْرًاجَزَاك اللهُ خَيْرً

semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar