Sabtu, 21 Februari 2015

Pendengar Ghibah maka sekutu Ghibah



Dulu, dulu sekali ada se-orang Ulama yang mendapat undangan walimah dari tetangganya, beliau-pun meringankan langkah membayar undangan tersebut. Sesampai dan membaur dalam acara tersebut ada seseorang yang me-ngomong-i keburukan oranglain (ghibah).

Ulama tersebut menegur-nya, akan tetapi dia dan para pendengar omongan keburukan oranglain (ghibah) tersebut ngeyel, dan tdk mengindahkan teguran dari Ulama tersebut.
Beliau akhirnya pulang dari acara walimah tersebut, dan sesampai dikediaman-nya beliau tdk mau makan selama tiga hari tiga malam, dan beliau melantunkan gubahan sair;


وسمعك صن عن سماع القبيح ÷ كصون اللسان عن النطق به

فإنك عند السماع القبيح ÷ شريك لقآئه فانتبه

Dan pada pendengaranmu, berbuatlah dari mendengarkan keburukan
Seperti perbuatan lisan dari mengucapkan (keburukan)
Sesungguhnya engkau ketika mendengarkan keburukan
Menjadi sekutu bagi pengucap-nya, maka (demikian) jadilkanlah perhatian

Ibrahim bin Adham, diriwayatkan oleh An-Nawawi dalam Adzkar-nya hal; 291. diterjemahkan dan disesuaikan bahasa, oleh; Ulinuha Asnawi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar