Rabu, 11 Februari 2015

Wahabi Wawancara dengan anak kecil seputar baca Al Qur'an di Kuburan


Wahabi memalalukan diri sendiri cuma berani wawancara dengan orang awam tentang Membaca Al Qur'an di Kuburan
Berikut ini jawaban AZWAJA atas pertanyaan orang Wahabi


Tidak semua fanpage yang berlabel Islam di jejaring sosial facebook dikelola oleh orang-orang memiliki pengetahuan Islam yang benar dan memadai, bahkan ada pula fanpage yang berusaha menggait pengguna facebook untuk memperbanyak konsumen dengan mempost hal-hal yang kontroversial, dan tidak jarang menghina umat Islam lainnya.

Salah satunya fanpage dengan judul "Islam Itu Indah" https://www.facebook.com/pageislamituindah. Keindahan Islam yang seharusnya tergambar dan disebarkan ternyata sekedar nama fanpage belaka. Bermula dari menyebarkan konten orang-orag wahabi, page itu pada akhirnya memuat video wawancara yang sebenarnya memalukan dilakukan olekh Syaikh al-Arifi, salah seorang yang dianggap ulama oleh orang wahhabi.

Wawancara yang direkam dalam bentuk video diupload oleh page "Islam Itu Indah" pada 9 Februari 2015 dengan keterangan "Dialog ringan antara Syaikh Al Arifi dengan seorang "pelaku pencari berkah kuburan" seorang santri Indonesia di Yaman — di Karang Kobar." . Link : https://www.facebook.com/video.php?v=10152982269768260&permPage=1

Cukup banyak pengguna facebook yang memang kurang memiliki pengetahuan ajaran Islam membagikan video wawancara ulama wahhabi dengan seorang anak tersebut. Mungkin ulama wahhabi ini tidak cukup punya nyali untuk mewancarai seorang ustadz Ahlussunnah wal Jama'ah, atau ulama Ahlussunnah wal Jama'ah sehingga lebih memilih mewawancarai anak yang belum memiliki pemahaman yang memadai.

Parahnya, ada saja orang-orang yang bangga dengan video wawancara yang sebenarnya memalukan tersebut. Dan seharusnya ulama Wahhabi itu juga malu merekam wawancara dengan seorang anak untuk disebarkan luaskan.

Salah satu pertanyaan ulama wahhabi dalam video tersebut adalah "Lebih bnyak mana faedah yang kau dapat ketika membaca Quran di masjid atau di kuburan ?". Pertanyaan ini secara tidak langsung telah membatasi tempat membaca al-Qur'an, seolah-olah baca al-Qur'an hanya dianjurkan di masjid saja. Sebab dengan pertanyaan seperti itu maka akan memunculkan banyak pertanyaan turunan, lebih banyak mana faedah baca al-Qur'an dirumah atau dimasjid?. lebih banyak mana faedah baca al-Qur'an di kantor, pesantren, sekolah, atau di masjid ?. dan sebagainya. Akhirnya orang baca al-Qur'an di kantor disanggah dengan pertanyaan "Lebih banyak mana faedah yang kau dapat ketika membaca Qur'an di masjid atau di kantor?".

Bagaimana bila ustadz Aswaja yang menjawab?
Berikut jawaban untuk pertanyaan ulama Wahhabi Syaikh al-Arifi . Baca : Wawancara Memalukan Ulama Wahhabi Syaikh Al 'Arifi, Ini Jawabannya


Berikut ini jawaban AZWAJA atas pertanyaan orang Wahabi


Di Video ini (http://www.youtube.com/watch?v=jKSjTuvSX88), Ulama Wahhabi bernama Syaikh al-'Arifi sedang mewawancarai seorang anak (santri). Kemudian dari wawancara yang sangat memalukan tersebut membuat sebuah kesimpulan. Wawancara tersebut merupakan wawancara yang memalukan karena yang diwawancarai adalah santri yang kurang paham dalil.

Berikut adalah jawaban sekaligus dialog imajiner seandainya yang menjadi narasumber adalah santri yang mumpuni. Dalam hal ini, adalah Ust. Ibnu Abdillah Al Katibi :

Saya maklumi jawaban santri tersebut tidak ilmiyyah sebab mungkin ia adalah dari kaum pemula. Andai syaikh al-Arifi mau bersikap gantle dengan mewawancari seorang ustadz atau ulama di sana saat berziarah dan membaca al-Quran di turbah, niscaya syaikh al-Arifi akan bungkam seribu bahasa.

Seandainya saya yang ditanya syaikh al-Arifi saat itu, maka jawaban saya ketika ia bertanya adalah :

    Syaikh : Kamu membaca al-Quran di sini ? faedah apa yang kamu dapati membaca al-Quran di kuburan ?

Saya : Sangat banyak ya syaikh, di antaranya selain saya mendapat pahala membaca al-Quran, saya pun mendapat pahala ziarah, mengingat kematian, mengingat akherat sebagaimana anjuran Nabi : “ Ziarahlah kubur, karena akan mengingatkanmu pada akherat “, dan banyak lagi faedahnya.

    Syaikh : siapa yang mengajarkanmu ini ?

Saya : Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkanku dan juga para ulama salaf serta jumhur ulama madzhab dan kaum muslimin.

Jika syaikh bertanya mana dalilnya ?

Saya jawab : Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Dahulu saya melarang kalian menziarahi kubur, sekarang telah diizinkan dengan Muhammad untuk berziarah pada kubur ibunya, karena itu berziarah lah ke perkuburan sebab hal itu dapat mengingatkan pada akhirat”. (HR. Muslim (lht.shohih Muslim jilid 2 halaman 366 Kitab al-Jana’iz), Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i, Ahmad).

Jika syaikh bertanya mana dalil membaca Quran di kuburan ?

Saya jawab : Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

اقرءوا يس على موتاكم

“Bacalah surat Yaasiin untuk orang yang mati di antara kamu.” (Riwayat Imam Abu Dawud; kitab Sunan Abu Dawud, Juz III, halaman 191)

Asy-syaukani berkomentar :

واللفظ نص في الأموات وتناوله للحي المحتضر مجاز فلا يصار إليه إلا لقرينة

“ Lafazd hadits tsb berkenaan pada mayit, mengarahkannya pada orang yang sekarat menjelang wafat adalah majaz, maka tidak boleh diarahkan ke sana kecuali ada qarinah “. (Nail al-Awthar : 2/679)

Al-Faqih al-Hanbali al-Ushuli al-Mutqin al-‘allamah Qadhi qudhah, Ibnu an-Najjar berkomentar :

الحديث يَشْمَلُ الْمُحْتَضَرَ وَالْمَيِّتَ قَبْلَ الدَّفْنِ وَبَعْدَهُ , فَبَعْدَ الْمَوْتِ حَقِيقَةٌ , وَقَبْلَهُ مَجَازٌ

“ Hadits tersebut mencangkup orang yang sekarat maupun sudah wafat, baik sebelum dimakamkan atau pun sudah dimakamkan. Setelah dimakamkan, maka itu adalah makna hadits secara hakikat (dhahir) dan sebelum dimakamkan, maka itu makna hadits secara majaz “ (Mukhtashar at-Tahrir syarh al-Kaukab al-Munir : 3/193)

Imam Nawawi berkata dalam Majmu’nya :

وَيُـسْـتَحَبُّ لِلزَّائِرِ اَنْ يُسَلِّمَ عَلىَ اْلمَقَابِرِ وَيَدْعُوْ لِمَنْ يَزُوْرُهُ وَلِجَمِيْعِ اَهْلِ اْلمَقْبَرَةِ. وَاْلاَفْضَلُ اَنْ يَكُوْنَ السَّلاَمُ وَالدُّعَاءُ بِمَا ثَبـَتَ مِنَ اْلحَدِيْثِ وَيُسْـتَـحَبُّ اَنْ يَقْرَأَ مِنَ اْلقُرْأٰنِ مَا تَيَسَّرَ وَيَدْعُوْ لَهُمْ عَقِبَهَا وَنَصَّ عَلَيْهِ الشَّاِفعِىُّ وَاتَّفَقَ عَلَيْهِ اْلاَصْحَابُ

“Dan disunnahkan bagi peziarah kubur untuk memberikan salam atas (penghuni) kubur dan mendo’akan kepada mayit yang diziarahi dan kepada semua penghuni kubur, salam dan do’a itu akan lebih sempurna dan lebih utama jika menggunakan apa yang sudah dituntunkan atau diajarkan dari Nabi Muhammad Saw. dan disunnahkan pula membaca al-Qur’an semampunya dan diakhiri dengan berdo’a untuknya, keterangan ini dinash oleh Imam Syafi’i (dalam kitab al-Um) dan telah disepakati oleh pengikut-pengikutnya”. (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, V/258)

    Syaikh : Lebih bnyak mana faedah yang kau dapat ketika membaca Quran di masjid atau di kuburan ?

Saya : Adakah Nabi, sahabat dan ulama salaf membatasi membaca al-Quran di masjid saja?? Setelah apa yang saya sampaikan SEBAGIAN dalilnya di atas?

    Syaikh : Maksud saya lebih afdhal mana membaca al-Quran di masjid dengan di kuburan ?

Saya jawab : Apakah anda menyangka kami tidak pernah membaca al-Quran di dalam masjid ?? kami membaca al-Quran di manapun tempat selain tempat-tempat yang dilarang. Para ulama salaf hingga jumhur ulama melakukan hal ini yakni sering membaca al-Quran di sisi makam para wali dan bertawassul. Apakah anda akan menyalahkan mereka atau bahkan menuduh mereka quburiyyun ya syaikh ?

    Jika syaikh bertanya : siapa ulama yang anda maksud, bias anda sebutkan ?

Saya : al-hafidz al-Khathib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad berkata : “ DARI Ubaidillah bin Abdurrahman bin Muhammad az-Zuhri, ia berkata :

قبر معروفٍ الكرخي مجرب لقضاء الحوائج، ويقال: إنه من قرأ عنده مائة مرةٍ: {قل هو الله أحد} وسأل الله تعالى ما يريد قضى الله له حاجته

“ Kubur Ma’ruf al-Kurkhi mujarrab untuk terlaksana hajat, dikatakan ; Bahwa barangsiapa yang membaca di samping makamnya surat al-Ikhlash 100 kali dan memohon kepada Allah apa yang ia inginkan, maka Allah akan menunaikan hajatnya “.

Abu Jakfar al-Hasyimi, syaikh Hanabilah (W 470 H) ketika wafat dan dimakamkan di samping makam imam Ahmad, maka banyak kaum Hanabilah yang membaca al-Quran di samping makamnya bahkan hingga khatam 10.000 kali. Lihat siyar a’lam an-Nubala : 18/547

Jadi selain kami membaca al-Quran di masjid, maka kami pun juga membaca al-Quran di manapun seperti rubath, mushollah, di rumah, di toko, di pasar, di rumah sakit, di hotel atau di pekuburan. Dan kami juga bertawassul dan berdoa di sisi makam orang-orang sholeh. Karna makam orang sholeh termasuk tempat diijabahi doa oleh Allah, sebagaimana banyak dikatakan oleh ulama di antaranya al-Hafidz al-Jazri dalam kitabnya Hishnul Hashin :

من مواضع إجابة الدعاء قبور الصالحين

“ Di antara tempat-tempat pengabulan doa, adalah makam-makam orang-orang shalih “.

Al-Khatib al-Baghdadi dalam Tarikhnya berkata dari Abi Abdillah al-Mahamili bahwa ia berkata :

أعرف قبر معروفٍ الكرخي منذ سبعين سنةً، ما قصده مهموم إلا فرج الله همه

“ Aku tahu makam Ma’ruf AL-Kurkhi sejak 70 tahun, tidaklah seorang yang susah mendatanginya, kecuali Allah melapangkan kesusahannya “.

Seorang ulama salaf bernama Ibrahim al-Harbi di mana imam Ahmad bin Hanbal pernah memondokkan putranya pada beliau, seorang Hafidz, Faqih dan Mujtahid pernah berkata :

قبر معروفٍ الترياق المجرب

“ Kuburan Ma’ruf al-Kurkhi adalah obat yang mujarrab “,

al-Baghdadi mengomentarinya : “ Tiryaq adalah obat yang diracik dari berbagai bahan yang dikenal di kalangan para tabib masa lalu karena banyaknya manfaatnya, dan banyak macamnya. Al-Harbi menyerupakan makam Ma’ruf al-Kurkhi dengan obat di dalam banyaknya manfaat, maka seolah-olah al-Harbi berkata : “ Wahai manusia, datanglah ke kuburan Ma’ruf al-Kurkhi dengan bertabarruk karena banyak manfaat yang akan diperoleh “.

Al-Khatib berkata dari Hasan bin Ibrahim al-Khallal, bahwa beliau berkata :

ما همني أمر فقصدت قبر موسى بن جعفرٍ فتوسلت به إلا سهل الله تعالى لي ما أحب

“ Tidaklah ada satu perkara yang membuatku susah, lalu aku dating ke makam Musa bin Jakfar, kemudian aku bertawassul dengannya, maka Allah akan memudahkan apa yang aku inginkan “

  
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالاَ حَدَثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِى حَازِمٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ زَارَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ « اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى فِى أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِى وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِى أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِى فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ »


Dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari Yaziid bin Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah kepada makam ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pula lah orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda: “Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian”

(HR. Muslim no.108, 2/671)

Ziarah kubur mengingatkan kita akan akhirat. Sebagaimana riwayat lain dari hadits ini:

زوروا القبور ؛ فإنها تذكركم الآخرة


“Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkanmu akan akhirat” (HR. Ibnu Maajah no.1569)

Ziarah kubur dapat melembutkan hati. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain:

كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنها ترق القلب ، وتدمع العين ، وتذكر الآخرة ، ولا تقولوا هجرا


“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr), ketika berziarah” (HR. Al Haakim no.1393)
Ziarah kubur dapat membuat hati tidak terpaut kepada dunia dan zuhud terhadap gemerlap dunia. Dalam riwayat lain hadits ini disebutkan:

كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروا القبور فإنها تزهد في الدنيا وتذكر الآخرة


“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat membuat kalian zuhud terhadap dunia dan mengingatkan kalian akan akhirat” (HR. Al Haakim no.1387)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar