Senin, 16 Februari 2015

Mungkinkah Sunni/Aswaja dan Syi'ah bersatu?

Mungkinkah Sunni/Aswaja dan Syi'ah bersatu?.

Kalau bersatu tidak bisa. Kalau mereka (Syi'ah) mengatakan bersatu itu berarti mereka akan menipu kita. Apanya yang bisa disatukan?!!.

Tapi kalau hanya berdamai, mungkin bisa. Dan kita tidak perlu diajari mereka (soal perdamaian). Justru konsep kita (Aswaja), lebih bagus, lebih toleran daripada mereka.

Kalau Syi'ah dan kelompok lainnya diluar Ahlussunnah Waljama'ah, mereka memiliki konsep mengkafirkan umat Islam diluar alirannya.

Misalnya seperti Wahhabi yang mengatakan kita lebih kafir daripada Abu Jahal dan Abu Lahab. Ada ulama Wahhabi dari Saudi namanya Muhammad bin Ahmad Basymil punya kita Kaifa Nafhamut Tauhid, pada halaman 16 dia mengatakan ...

عجيب وغريب أن يكون أبو جهل وأبو لهب أكثر توحيدا لله وأخلص إيمانا به من المسلمين الذين يتوسلون بالأولياء والصالحين ويستشفعون بهم

"Mengherankan dan terasa aneh, ternyata Abu Jahal dan Abu Lahab lebih mantap tauhidnya kepada Allah, dan lebih tulus imannya kepada-Nya, daripada kaum Muslimin yang bertawasul dengan para auliya dan orang-orang shaleh, dan beristighatsah dengan mereka.

Jadi kita (Aswaja), menurut Wahhabi, derajatnya lebih rendah daripada Abul Jahal dan Abu Lahab.

Sedangkan Syi'ah menganggap umat Islam diluar kelompoknya adalah kafir, najis, kafir harbi, syarrun minal yahuud wan nashara wal majuz (lebih buruk daripada Yahudi, Nasrani dan Majusi). Itu menurut Syi'ah.

Kalau kita (Aswaja) tidak seperti itu. Kita apa adanya. Kita cukup mengatakan Wahhabi adalah dlollun mudlillun (sesat menyesatkan), demikian juga Syi'ah, tetapi lebih parah daripada Wahhabi.

Akan tetapi, Syi'ah ini tidak kafir dengan catatan, yaitu  mengakui keaslian al-Qur'an dan tidak melecehkan istri-istri Rasulullah. Bila hal ini dilanggar, maka dia kafir.

Karena itulah, ulama mengatakan Al-Wahhabiyyah Syarrun Kabiir (Wahhabi adalah keburukan yang besar) wa Syi'ah Syarrun Kulluh (Syi'ah adalah keburukan total). Jadi, Syi'ah memang benar-benar parah.

Oleh : Ustadz Muhammad Idrus Ramli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar